- iklan atas berita -

MetroTimes (Jakarta) – Tahun 2022 ini adalah awal dimulainya tahun politik menjelang Pemilu 2024, sebab di tahun ini pula tahapan dilaksanakan pemilu oleh KPU dimulai. Eskalasi politik sudah mulai terasa dan berjalan semakin meningkat. Dinamika popularitas, liketabilitas dan elektabilitas dalam penelitian survei opini publik menunjukkan tahun 2024 nanti diprediksi akan diwarnai oleh calon pasangan capres dari figur-figur nama baru yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik. Figur berlatar belakang ketua partai politik, kepala daerah maupun pejabat lainnya sudah mulai melakukan personal branding dalam rangka mengambil simpati publik. Namun apakah figur-figur baru calon presiden masih bisa bertahan ataukah justru partai politik akan “mengambil alih” situasi politik 2024 dengan memberi jalan menunda pemilu hingga 2027, maka berikut hasil survei Indopol Survey pada periode Januari 2022 menggambarkan situasi tersebut.

GANJAR-ANIES MELEJIT

Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto menyampaikan, Latar belakang Kepala Daerah (23,66%) masih menjadi pilihan publik di dalam mempertimbangkan calon pemimpin nasional ke depan, yang kedua TNI (21,63%), pilihan ketiga adalah dari golongan intelektual/cendekiawan (16,91%), selebihnya di bawah 10% menjadi pilihan publik, termasuk Ketua Parpol hanya 4,15%.

Lanjut Ratno menjelaskan, Hal tersebut terkonfirmasi oleh temuan survei dalam pertanyaan terbuka yakni Figur tokoh nasional yang menurut publik layak menjadi pemimpin Indonesia (Presiden) 2024 tidak didominas oleh Ketua Parpol kecuali Hanya Prabowo dan AHY. Temuan survei menunjukkan Ganjar Pranowo (16,18%) tertinggi, disusul Prabowo Subianto (15,85%), kemudian Anis Baswedan (14,88%). Sementara Jokowi hanya 5,28%, kemudian Ridwan Kamil 4,55%, Sandiaga Uno (4,76%), AHOK (2,76%) dan AHY (2,28%) dan lainnya mendapat apresiasi di bawah 2%.
Surevi ini juga menemukan bahwa tren popularitas, liketabilitas dan elektabilitas dalam pertanyaan semi terbuka dengan 22 nama calon presiden 2024 menunjukan sosok Ganjar Pranowo memiliki tingkat elektabilitas tertinggi (20,49%) dan efektif dalam memanfaatkan popularitasnya. Posisi kedua beda tipis adalah Prabowo Subianto (20,33%), ketiga Anis Baswedan (19,02%), dimana angka-angka ini naik dari survei sebelumnya (bulan November 2021) dan selisihnya pun sudah mulai tidak jauh antar ketiga nama tersebut.

ads

“Survei ini juga mengukur elektabilitas calon presiden 2024 dengan beberapa simulasi, diantaranya simulasi bertingkat, berpasangan (3 pasang) dan head to head pasangan, dengan pertimbangan tingkat popularitas figur, basis pendukung partai politik dan kecocokan (chemistry) jika dipasangakan,” tandasnya.

Ratno juga memaparkan, Simulasi Bertingkat terbentuknya pola dukungan sebagai berikut:
Pola pertama, Mendapatkan tambahan dukungan cukup besar masa pendukung Sandiaga Uno dan AHY, hal ini nampak ketika figur-figur tersebut dihilang dari simulasi Prabowo mendapatkan tambahan sekitar 2,33% (25,28% ke 28,13%). Prabowo juga mendapatkan tambahan dukungan dari sebagian kecil pendukung Airlangga Hartarto, Gatot Nurmanyanto. Total dukungan Prabowo Subianto sebesar 6,26% dari 10 nama ke 3 nama.

Ganjar Pronowo mendapatkan tambahan dukungan massa pedukung Puan Maharari dan Ahok cukup siqnifikan sehingga bisa mengungguli calon lain sejak simulasi 6 calon presiden, terus bertambah sampe 3 nama calon presiden. Total tambahan dukungan Ganjar Pranowo sebesar 7,48% dari 10 nama ke 3 nama.
Anis Baswedan mendapat tambahan dukungan dari massa pendukung relatif sama dengan massa pendukung Prabowo Subianto yakni Airlangga Hartarto, Gatot Nurmanyanto, AHY dan Sandiaga Uno, total tambahan sebesar 5,16% dari 10 nama ke 3 nama.

Pola Kedua, semakin sedikit nama calon presiden maka ketiga tokoh nasional (Probowo, Ganjar dan Anis) sangat diuntungkan, survei hari ini menunjukkan perolehan dukungan jika Pemilu digelar saat survey dilakukan maka tidak ada pemenang yang mutlak, ditambah lagi margin of error dalam survei ini sebesar ±2,8%, selisih antar ketiganya tipis.
Pola ketiga, tren undecide voter bertambah dengan semakin sedikitnya calon meskipun angkanya tidak terlalu besar, namun menunjukkan bahwa ada massa pendukung selain nama yang ada dan bahkan memilih golput.

Simulasi Berpasangan 3 Nama Pasangan Capres & Cawapres.

Hasil survei menunjukkan pola sebagai berikut:
Pola pertama, terdapat 3 nama (yaitu Prabowo, Ganjar dan Anis) jika posisikan sebagai capres maka dukungannya tinggi, sementara jika posisinya ada di cawapres maka dukungannya melemah.
Pola kedua, nama-nama pasangan wakil presiden juga menentukan tingginya dukungan. Nama seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil dan AHY merupakan figur yang dapat menambah figur Prabowo, Ganjar dan Anis mendapatkan dukungan tertinggi. Pasangan teringgi di dapat oleh pasangan Anis Baswedan – Sandiaga Uno (34,63%) dan selisih tipis pasangan Anis Baswedan – AHY (34,63%).
Pola ketiga, tren undecide voter semakin besar jika komposisi pasangan Prabowo, Ganjar dan Anis tidak pada posisi calon presiden bahkan nilainya hingga 39% lebih.

Simulasi Head to Head

Sementara Hasil survei menunjukkan hampir sama dengan pola sebelumnya, pola simulasi berpasangan head to head terbentuk sebagai berikut:
Pola pertama, figur Prabowo, Ganjar dan Anis dapat dukungan tertinggi jika posisinya adalah calon presiden.
Pola kedua, figur pasangan wakil presiden menentukan siapa yang paling unggul dan memenangkan pertarungan.
Survei menunjukkan pasangan Ganjar Pranowo – Anis Baswedan adalah pasangan yang dapat mengalahkan pasangan siapapu, yakni mendapat dukungan maksimal 53,09%, namun jika sebaliknya pasangan Anis Baswedan- Ganjar Pranowo hanya mendapatkan dukungan 51,09%. Sementara pasangan Prabowo Subianto – Anis Baswedan mendapat dukungan maksimal sebesar 50,16% dan Prabowo Subianto – Ganjar Pranowo mendapatkan dukungan 45,15%.

Basis Dukungan Wilayah

Untuk dukungan wilayah Ratno menjelaskan, Daerah basis pendukung para figur Capres 2024 tergambarkan sangat jelas dimana, Kepala daerah (gubernur) memiliki peluang keterpilihan yang tinggi di daerahnya masing-masing, ditunjukkan oleh dominasi Ganjar Pranowo di Jateng (68,82%) dan Anies Baswedan di DKI Jakarta (54%),
Di Jawa Barat meskipun Ridwan Kamil memiliki simpati cukup kuat (18,10%) namun masyarakat Jawa Barat lebih terbuka terhadap figur lain, yakni Prabowo Subianto (23,81%), dan Anies baswedan (22,86%).
Di DIY dan Jawa Timur dimana kultur Jawa merupakan yang utama, Ganjar Pranowo mendapatkan simpati tertinggi (50% dan 30%).
Sedangkan di Provinsi “Jawara” Banten, Jenderal Prabowo lebih mengakar
Di luar Jawa, Prabowo dan Anies baswedan paling memiliki peluang.

Dinamika Elektoral Partai Politik 2024

Partai politik pilihan publik tahun 2024 nanti adalah PDIP (21,46%), Partai Gerindra (17,15%), Partai Golkar (8,86%), Partai Demokrat (6,59%), PKB (5,69%), PKS (4,47%), Partai Nasdem (3,25%), PPP (1,95%) dan PAN 1,54%, lainnya hanya mendapat dukungan di bawah 1%. Jika pemilu dilaksanakan saat survey ini dilakukan maka hanya ada 6 partai politik yang lolos dengan amabng batas partai sebesar 4% yakni PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, PKB, dan PKS.

Sementara ada 6 partai politik baru 2024 yang paling disukai publik, artinya berpotensi untuk dipilih yakni Partai Gelora banyak disukai publik, kemudian Partai Buruh, Partai Umat, Masyumi Reborn, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) dan Partai Prima.

Kondisi Umum Ekonomi Keluarga & Kinerja Pemerintahan Jokowi
Survei ini juga mengkur sejauh mana perubahan kondisi ekonomi keluarga dibandingkan 1 tahun dengan hasil bahwa sudah ada perubahan ke arah lebih baik. Publik optimis kondisi ke depan ekonomi secara umum sudah mulai pulih dan bangkit, selain itu pandemi Covid 19 sudah mulai berkurang dan pendidikan anak-anak sudah sudah berjalan normal, kesehatan pun semakin membaik.

Evaluasi Kinerja Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin dan Tingkat Kepuasan Joko Widodo
Selain itu temuan survey ini menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin selama 2 tahun ini yakni berjalan meningkat dari survei bulan November 2021 ke Januari 2022 naik sebesar 12,85% (dari 60,08% ke 72,93%, ketegori cukup puas dan sangat puas).
Raport baik pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin di awal tahun 2022 ini pertama menjaga toleransi beragama, kedua Penanganan Covid 19, ketiga ketersediaan BBM & Listrik, dan keempat terkait Pelayanan Publik, dan Infrastruktur. Angka-angka ini trennya cenderung naik dari survei bulan November 2021.
Sementara raport merah pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin di awal tahun 2022 ini diberikan dalam hal penanganan pengangguran & kemiskinan, pembukaan lapangan kerja dan pemberantasan korupsi.

Kepuasan Penanganan Covid 19 dan Program Vaksinasi

Tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah dalam menangani Covid 19 dalam Program Vaksinasi sebesar 84,31% dengan kategori cukup puas dan sangat puas.

Tingkat kepuasan publik terhadap Kepolisian dalam menangani Covid 19 trennya cenderung meningkat dari survei sebelumnya pada bulan November 2021 (dari 69,35% ke 81,46%) yakni sebesar 12,11% dengan kategori cukup puas dan sangat puas.

Tingkat kepuasan publik terhadap Kepolisian dan TNI dalam menangani Covid 19 trennya cenderung meningkat dari survei sebelumnya pada bulan November 2021. Alasan ketidakpuasan publik terhadap kinerja Kepolisian dan TNI dalam menangani Covid 19 adalah pelaksanaan tebang pilih, merugikan orang kecil, diduga ada penyimpangan, kemudian tidak profesional dan terlalu bersikap kaku dan berlebihan.

Evaluasi Kinerja Lembaga Negara
Lembaga negara yang kinerjanya paling baik yaitu profesional dan dapat dipercaya adalah pertama TNI, kedua Kepresidenan (Presiden dan para menterinya), ketiga KPK, keempat Kepolisian dan lainnya mendapat penilaian di bawah 5%.
Lembaga penegak hukum yang paling berintegritas/dapat dipercaya adalah KPK, kedua Kepolisian, ketiga Mahkamah Agung keempat Kejaksaan dan lainnya mendapat penilaian di bawah 5%.
Tingkat kepercayaan publik terhadap Polisi cukup tinggi yakni 81,30%. Mayoritas responden yang percaya kepada polisi karena:
1) Kinerja bagus (transparan, profesional, tanggap dan responsif, pelayanan dan pengaduan cepat, adil, disiplin, tegas dll), 2) Menjaga dan memberi rasa aman kepada masyarakat (mengamankan lingkungan, bhabinkamtibmas, dll),
3) Ramah dan mengayomi masyarakat (membantu masyarakat, dekat dengan masyarakat, dll),
4) Percaya aja,
5) Sebagai lembaga penegak hukum.

Selain itu temuan survey ini adalah tingkat keyakinan publik terhadap Polisi bisa berubah menjadi lebih baik ke depan cukup tinggi yakni sebesar 79,19%.

KETIDAKSIAPAN PARPOL MENGHADAPI 2024

Survei ini memberi catatan kesimpulan diantaranya bahwa partai politik tidak siap dalam menghadapi pemilu 2024. Hal ini ditunjukkan dari beberapa situasi;
Pertama, Tren peningkatan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dari 60,08% (November 2021) ke 72,93% pada Januari 2022 menunjukkan menguatnya (pengaruh/politik) Presiden RI di mata publik.

Kedua, tingkat kepercayaan publik terhadap Lembaga legislatif yang merupakan representasi partai politik (Political Society) di Indonesia masih tetap terpuruk di angka 3,17%.

Ketiga, adanya kesenjangan pengaruh/kekuatan politik antara Presiden dan Partai Politik/DPR, yang nampak dari berbagai agenda politik kenegaraan seperti:
Momentum penyusunan, pembahasan, dan Penetapan UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, satu pekerjaan Maha Kolosal yang berjalan mulus tanpa kritisi berarti dari DPR RI.
Pembahasan dan penetapan UU IKN yang berjalan tanpa hambatan, walaupun tidak didasari studi yang memadai (perpindahan Ibu Kota Negara seharusnya bukanlah keputusan yang remeh)
Pelemahan KPK

Selain hal tersebut komposisi di Lembaga legislatif juga tidak menyisakan ruang yang cukup bagi kekuatan oposisi untuk berkembang memainkan perannya. Oposisi tidak menjadi pilihan sadar dan terbuka, melainkan menjadi “semacam” oposisi karena memang ditinggal (tidak diajak dalam koalisi pemerintah). Penerimaan Prabowo (Gerindra) masuk dalam kabinet Jokowi telah menutup pintu bagi semua peluang oposisi.
Situasi kesenjangan politik ini menghasilkan ketergantungan Partai Politik terhadap Presiden Jokowi. Ketika bergantung ke atas (Presiden), salah satu konsekuensinya: partai politik berkurang kemampuannya membangun dan mengembangkan basis dan agenda politiknya di tingkat bawah (masyarakat).

Keempat, Elektoral partai politik praktis tidak berubah dibandingkan pada Pemilu 2019, bahkan ada kecenderungan penurunan elektabilitas pada hampir semua partai politik pendukung pemerintah, kecuali PDIP dan Gerindra. Partai Golkar mengalami penurunan cukup besar meskipun masih di papan atas, Sedangkan Partai Demokrat relatif mampu bertahan walaupun ditinggalkan sebagai “semacam” oposisi. Di antara partai yang terjun bebas adalah PKB, Nasdem, PKS, PAN, dan PPP.

Kelima, menguatnya figur kepala daerah sebagai Capres di daerah basis pendukung masing-masing dan keyakinan pendukung partai atas Capres yang didukung.

Tabel di atas menunjukkan bahwa:
Kepala daerah (gubernur) memiliki peluang keterpilihan yang tinggi di daerahnya masing-masing, ditunjukkan oleh dominasi Ganjar Pranowo di Jateng (68,82%) dan Anies Baswedan di DKI Jakarta (54%),
Di Jawa Barat meskipun Ridwan Kamil memiliki simpati cukup kuat (18,10%) namun masyarakat Jawa Barat lebih terbuka terhadap figur lain, yakni Prabowo Subianto (23,81%), dan Anies baswedan (22,86%).
Di DIY dan Jawa Timur dimana kultur Jawa merupakan yang utama, Ganjar Pranowo mendapatkan simpati tertinggi (50% dan 30%).
Sedangkan di Provinsi “Jawara” Banten, Jenderal Prabowo lebih mengakar
Di luar Jawa, Prabowo dan Anies baswedan paling memiliki peluang.

 

Tabel di atas menunjukkan kecuali pemilih Gerindra yang konsisten mendukung Prabowo, pemilih Partai lain tidak memiliki keyakinan yang sama:
Bagi pemilih PDIP di Pemilu 2019, Puan Maharani yang digadang elite PDIP bukanlah pilihan (0,99%), melainkan Ganjar Pranowo (44,88%) meskipun kader tapi bukan pilihan elite PDIP.
Bagi pemilih Partai Golkar, Anies Baswedan jauh lebih diinginkan (27,68%) dibandingkan ketua umumnya sendiri, Airlangga Hartarto (0,89%).
Bagi pemilih PKB, baliho Cak Imin Presiden baru angan-angan pengurus PKB sendiri karena Publik pemilih PKB lebih menginginkan Ganjar Pranowo (25,33%).
Sementara pemilih Nasdem dan PKS terpikat Anies baswedan, Pemilih Demokrat tetap berharap Putra SBY menjadi Capres.

MENGAPA ISU PENUNDAAN PEMILU ?

Menurut Ratno, Ketergantungan artai politik kepada presiden, elektabilitas yang merosot, dan jagoan capres yang kurang laku mendorong partai politik tertentu mengembangkan narasi, membeli waktu dan menjual gagasan untuk ditawarkan kepada “Presiden” demi kepentingan partai pada Pemilu 2024.
Isu penundaan Pemilu juga imbangan isu sekaligus pelengkap menu Periode Jabatan Presiden Ketiga untuk menaksir selera Presiden Jokowi. Era Jokowi adalah era melemahnya partai-partai politik.
Yang bisa digarisbawahi dari isu penundaan Pemilu yang santer beredar minggu ini sesungguhnya menggambarkan kegamangan dan ketidaksiapan (sebagian besar) Partai Politik menghadapi Pemilu 2024.
Pemilu 2024 memang masih 2 (dua) tahun lagi, namun perjalanan sejak 2019 menunjukkan ketidakberdayaan Partai Politik menghadapi keinginan Presiden Jokowi.

“Ini ironi karena biasanya Pada Pemilu dan Pilpres tanpa incumbent selalu memunculkan semangat dan harapan baru. Dan Publik pun sudah mulai mengerucutkan minatnya pada figur-figur baru, yang sayangnya bukan yang diharapkan elite partai (kecuali Gerindra).
Terlebih, ketidakberdayaan dan ketergantungan juga memiliki efek kemalasan berpikir dan berusaha. Maka muncullah isu Penundaan Pemilu dan Periode Jabatan Presiden Ketiga.
Isu elitis bukan tidak mungkin akan menjadi isu Populis. Tergantung bagaimana sikap Publiknya,” ujarnya.

METODE SURVEI
“Penelitian ini menggunakan metode Survei. Data-data kuantitatif bersumber dari survei pendapat masyarakat dengan instrumen kuesioner. Wawancara dilakukan secara tatap muka (face to face interview) dengan protocol kesehatan Covid-19 pada kurun waktu tanggal 18 – 25 Januari 2022. Pengambilan sampel dengan cara multistage random sampling dimana jumlah responden tiap Provinsi di wilayah Indonesia diambil secara proporsional berdasarkan Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2020 (BPS RI 2020). Penentuan responden dilakukan secara random sistematis. Kriteria responden adalah mereka yang berumur 17 tahun atau sudah menikah. Responden berjumlah 1230 orang dengan margin error ±2,8% dan tingkat kepercayaan 95% (Slovin). Responden merefleksikan laki-laki/perempuan dan berbagai jenis profesi. Data diolah dengan program SPSS atau Field Survey,” tutup Ratno Sulistyanto. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!