- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Disiplin dan tertib pengelolaan keuangan masih menjadi kendala bagi sebagian pelaku UMKM produktif dari kalangan penyandang disabilitas. Terbatasnya pemahaman serta infrastruktur tentang literasi dan inklusi keuangan juga masih membutuhkan perhatian.

Kondisi tersebut disikapi oleh para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kabupaten Purworejo dengan memberikan pendampingan pengelolaan keuangan kepada para pelaku usaha disabilitas yang tergabung dalam Difabel Person Organisation (DPO) Restu Abadi Kabupaten Purworejo. Pendampingan secara resmi ditandai dengan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (MoU) Antar Perguruan Tinggi dan Mitra Dudi di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Rajawali atau Stiera Purworejo, Jumat (6/10). Dalam kesempatan itu juga diluncurkan aplikasi pencatatan keuangan bernama “Simake” (Sistem Informasi Manajemen Keuangan) yang ramah difabel.

Sejumlah perguruan tinggi tersebut yakni Stiera Purworejo, UM Purworejo, Ibisa, dan Stikes Pemkab Purworejo. Sementara untuk mitra Dudi yang terlibat antara lain Rumah Sakit Panti Waluyo dan Credit Union Angudi Laras.

Diketahui, pendampingan tersebut merupakan program hibah pendanaan PMP (Pengabdian Masyarakat Pemula) dari Kemendikbudristek RI kepada STIE Rajawali Purworejo. Dalam beberapa bulan ke depan, tim yang dipimpin Ketua Stiera, Dr Hesti Respatiningsih SE MPar, bakal berkolaborasi bersama dosen STIE Rajawali, Nur Siyami, dosen Ibisa Purworejo, Rizki Dewantara, dosen UM Purworejo, Dewi Chirzah, serta dua mahasiswa STIE Rajawali, Arkan Salsabila dan Hilda Nova.

Menurut Hesti, program pendampingan bakal dilakukan secara bertahap, mulai dari perubahan mindset terkait keuangan usaha, penataan laporan keuangan, hingga pencatatan keuangan.

ads

“Jadi yang pertama, permasalahan tahun ini lebih kepada literasi keuangan dan inklusi, karena kelompok produktif penyandang disabilitas itu kadang tidak bisa terakses perbankan dan lembaga keuangan untuk mengembangkan usaha. Namun, ini tidak serta merta mereka diakseskan ke perbankan, tapi minimal secara kapasitas secara bertahap kami beri pendampingan untuk literasi keuangan,” katanya.

Diungkapkan, program kali ini difokuskan bagi DPO Restu Abadi Kecamatan Purworejo. Guna memaksimalkan hasil dari program PMP ini, tim akan turut berupaya meningkatkan pendapatan usaha kelompok disabilitas yang menjadi objek pengabdian.

“Khusus di usaha jamur tiram, meskipun pada saat pelatihan kita melibatkan teman-teman inklusi lainnya. DPO Restu Abadi ini anggotanya sekitar 36 penyandang disabilitas pusatnya di wilayah Kecamatan Purworejo, produksi ada di 3 tempat, 1 di Cangkreplor, dan Kedungsari,” ungkapnya.

Salah satu upaya itu, lanjutnya, yakni dengan penerapan aplikasi sederhana pencatatan keuangan bernama Simake. Aplikasi tersebut juga mendukung sistem harga produk, lengkap dengan persentase keuntungan yang diharapkan. “Nantinya akan terekap dalam satu periode laba atau rugi. Aplikasi ini dari tim, dari STIE Rajawali, Ibisa, dan UMP. Sudah bisa diunduh di playstore,” jelasnya.

Selain pendampingan, melalui program ini tim juga diberikan beberapa bantuan. Mulai dari kemasan yang sudah layak untuk industri pangan, uji nutrisi, dan fasilitas pendukung usaha.

“Semoga program yang direncanakan selama 6 bulan ini dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan teman-teman dari DPO Restu Abadi. Selain itu juga bermanfaat bagi seluruh tim yang terlibat, khususnya mahasiswa, karena dengan mengikuti program ini mahasiswa mampu menyusun rencana keuangan dan merumuskan kebutuhan aspek operasi yang diaplikasikan dalam penguatan manajemen usaha kelompok,” terangnya.

Sementara itu, Kabid Koperasi dan Usaha MIkro Dinas KUKMP Kabupaten Purworejo, Nurhadi Trionggo, menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi kerja sama yang dilakukan sejumlah perguruan tinggi dan mitra Dudi. Menurutnya, kolaborasi tersebut penting untuk mengakselerasi UMKM naik kelas.

“Kita tidak mungkin mengembangkan UMKM hanya dalam satu lingkup pemerintah. Dengan adanya kolaborasi ini tentu diharapkan adanya percepatan daya saing UMKM,” katanya.

Diungkapkan, dari sekitar 54.862 UMKM yang terdaftar di Kabupaten Purworejo, 99 persen lebih di antaranya merupakan sektor mikro. Sebagian besar di antaranya masih terkendala naik kelas karena keterbatasan pada pengelolaan system manajemen.

“Sebagian besar fasenya masih mencari profit, belum pada merancang sistem, menduplikasi aktivitas, apalagi fase investasi. Pendampingan ini bagus karena juga memfasilitasi aplikasi untuk pengelolaan sistem keuangan,” tandasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!