- iklan atas berita -

MetroTimes (Surabaya) – Pameran Arsip Pandemi Covid-19 UNAIR diselenggarakan mulai 3 hingga 12 Januari 2023 di Balai Pemuda, Alun-Alun Surabaya. Kegiatan tersebut menyuguhkan perjuangan Indonesia, khususnya Universitas Airlangga, yang turut berjuang selama masa pandemi. Salah satu perjuangan itu berupa karya dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR Vaksin Merah Putih atau Inavac yang digagas oleh Prof Dr Fedik Abdul Rantam DVM.

Pada Rabu (4/1/2023), Prof Fedik diundang menjadi pembicara dalam talkshow Pameran Arsip Pandemi Covid-19 UNAIR. Selain itu, diundang juga beberapa siswa SMA dan SMK se-Surabaya.

Vaksin Covid-19 Pertama Karya Anak Bangsa

Dalam talkshow tersebut, Prof Fedik mengungkap panjangnya perjuangan untuk memperoleh sampel pengujian vaksin Covid-19 karena membutuhkan tujuh belas tahapan. “Kerja sama antara UNAIR dengan PT Biotis itu awalnya mengisolasi 29 virus, kemudian diseleksi hingga akhirnya didapat satu sampel terbaik,” terang Guru Besar FKH UNAIR itu.

Tentu, lanjutnya, untuk mencapai tahap itu bukan tanpa hambatan. Beberapa hal yang disebutkan Prof Fedik sebagai kendala adalah peralatan yang harus dioptimalkan terlebih dahulu dan pendanaan yang awalnya tidak disokong oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, tapi kemudian didukung oleh Kementerian Kesehatan.

“Meskipun begitu, saya dan tim merasa senang karena presentasi progres kami selalu bagus. Itulah pentingnya excellence with morality, dengan kemampuan yang kita miliki, juga ketulusan kita membantu orang lain, maka akan didapat hasil yang baik dan maksimal,” paparnya.

ads
Masyarakat Tidak Mau Vaksin, Bagaimana?

Namun, tidak sedikit pula masyarakat Indonesia yang menentang vaksin karena anggapan mereka yang tidak akan terinfeksi Covid-19 meskipun tidak vaksin. Menanggapi persoalan ini, Prof Fedik mengaitkan dengan kasus bertahun-tahun lalu.

“Kita tentu tidak bisa memaksa orang lain, tapi kita bisa melihat dari realitanya saja. Indonesia dulu mengalami penurunan banyak kasus, contohnya influenza, itu juga karena vaksin,” jelasnya. Ketua Magister bidang Vaksinologi dan Imunoterapeutik itu juga menambahkan bahwa regulasi pemerintah yang menuntut masyarakat untuk vaksin adalah salah satu upaya menekan persebaran Covid-19. “Jika tidak, maka mungkin sekarang kita tidak bisa di posisi ‘mendekati sembuh’ seperti sekarang,” ujarnya. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!