- iklan atas berita -

 

Metro Times (Surabaya) — Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia khususnya di Surabaya Jawa Timur belum menunjuk akan berhenti. Dengan demikian berdampak pada aktivitas belajar mengajar, sehingga libur sekolah pun terus di perpanjangan.

SD Muhammadiyah 15 Surabaya mempunyai cara dalam mengelola belajar mengajar yang dilakukan melalui daring online.

Muhammad Natsir, M.Pd.I, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 15 Surabaya, menyampaikan, dengan adanya dampak atau kejadian virus corona Covid-19 ini pasti ada dua dampak negatif maupun positif. Tapi dari sekolah SD Muhammadiyah 15 Surabaya menyikapi dari sisi yang positif. Ini sebagai sebuah kesempatan buat keluarga besar SD Muhammadiyah 15 Surabaya untuk uji nyali, uji kompetensi, dan uji kesempatan.

ads

Lebih lanjut Kepala sekolah SD Limas menjelaskan, Uji kesempatan ini adalah
1. Kita memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak dan orang tua untuk dapat saling bersinergi, bersambung hati, bersambung rasa.
2. Kesempatan untuk menjalin kerja sama dari anak dan orang tua dalam menjalankan apapun yang ditugaskan dari pihak sekolah.
3. Kesempatan juga bagi sekolah, keluarga, dan anak untuk saling berkomunikasi, saling bersilaturahmi dan bersinergi.

Terang Natsir, “Karena terlalu panjangnya libur sekolah dengan tidak menentu kondisi yang ada ini maka kita sudah mempersiapkan beberapa strategi, yaitu, kita membantu keluarga siswa untuk membuat sebuah draft kegiatan keluarga dari habis bangun tidur sampai bangun tidur lagi, itu yang harus dilakukan secara rutin oleh seluruh keluarga besar SD Muhammadiyah 15 Surabaya”.

Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran SD Muhammadiyah 15 Surabaya bahwa,
1. Ini kesempatan yang sangat luar biasa dengan program yang sudah dicanangkan oleh Limas yaitu dalam rangka membentuk karakter anak.
2. Dalam membentuk nalaristik anak. 3. Dalam rangka membentuk responbiliti anak.
Dan ini kesempatan yang sangat luar biasa dan moment yang langka.

“Itulah sisi positif yang kami ambil dari SD Muhammadiyah 15 Surabaya dengan target program pembelajarannya adalah tiga hal tersebut ditambah penerapan al adabul yaumiyah, mungkin selama ini kurang efektif. Karena dari orang tua banyak kesibukan dalam mencari nafkah diluar jam untuk keluarganya,” ungkap Natsir saat di wawancara media melalui telepon di Surabaya, Minggu (13/4).

Masalah siswa jenuh dan ingin berkumpul dengan teman-teman. “Memang ada beberapa masukan dari wali kelas dari kelas 1 sampai kelas 6, bahwa kerinduan-kerinduan itu memang munjul, maka kita buatkan sebuah grup lintas kelas. Kita buat sebuah grup dan kita juga dukung dengan adanya media yang bisa menyambung komunikasi secara online. Kita memakai seperti aplikasi zoom dan sebagainya,” tutur Natsir.

Dengan adanya kondisi keluarga siswa yang berbeda kemampuan ekonominya.
Menurut Natsir, justru dengan kondisi keluarga yang beda-beda itu menjadi sebuah kesadaran dari kami, maka kami membuat sebuah garis standart, kegiatan yang harus dijalankan oleh seluruh keluarga siswa baik dari keluarga yang perekonomiannya kurang mampu maupun yang mampu, sehingga ini menjadi sebuah standart dari proses pembelajaran SD Muhammadiyah 15 Surabaya. Kemudian untuk masalah tambahan, guru atau wali kelas menyesuaikan dengan kondisi keluarga siswa masing-masing. Jadi standart yang kami buatkan form menjadi standart utama bagi seluruhnya. Tetapi untuk materi yang diberikan itu kita menyesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing, sehingga tidak membebani dari keluarga siswa.

Adanya kekhawatiran dari wali murid mengenai nilai yang akan didapat siswa.
Kepala sekolah SD Limas menjelaskan, sistem penilaian kami, tugas yang diberikan dari sekolah itu tidak hanya berpacu kepada tugas secara materi, tetapi kita lebih titik beratkan kepada penerapan aplikatif yang sudah kami buatkan, yaitu diserahkan kepada wali kelas yang bersangkutan dengan mengirimkan, mungkin foto atau pernyataan atau telpon atau gimana, menyesuaikan diri kondisi keluarga masing-masing. Dan ketika laporan dari setiap anak itu masuk pada wali kelas, maka wali kelas langsung merekap untuk dimasukkan pada dukomen KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 kemudian dirangkum oleh wali kelas yang bersangkutan.

“Kami bilang moment terbaik untuk membangun sinergitas, kebersamaan dalam rangka membentuk siapkan putra-putrinya kemasa depan dan memberi kesadaran kepada orang tua. Bagaimana rumitnya, bagaimana capeknya mendidik dan menyiapkan putra-putrinya bukan hanya sekedar kita memberikan nafkah. Dan sekarang para wali murid bisa merasakan bagaimana tugas guru yang luar biasa,” pungkas Natsir. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!