- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang khususnya untuk para orang lansia (lanjut usia) ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak.

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun, 1945, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.

Dalam menjalankan amanat pasal 34 ayat (1) UUD 1945, khususnya untuk para lansia yang terlantar dan tidak mampu. Pemerintah Kota Surabaya mendirikan UPTD Griya Werda Jambangan.

ads

Septarti Hendartini S.sos, Kepala UPTD Griya Werda dan Liponsos Kusta Babat Jerawat menyampaikan, UPTD Griya Werda Jambangan itu adalah tempat pelayanan terhadap lansia-lansia miskin dan lansia-lansia terlantar yang didirikan oleh Wali Kota Surabaya Ibu Tri Rismaharini, mulai pertama kali tahun 2013 yang bertempat di Medokan Asri Barat.

Nah karena Ibu Risma (sapaan Wali Kota Surabaya) tanggap terhadap masyarakatnya yang lansia, yang membutuhkan dan jumlahnya banyak, maka Ibu Risma mengalihkan gedung Griya Werda itu dari Medokan Asri Barat ke Jambangan Baru Tol 15A, karena disini lebih luas tempatnya dan daya tampungnya 160 orang kalau yang di Medokan maksimal 75 orang dan kondisinya tidak memenuhi.

Gedung Griya Werda Jambangan Baru Tol 15A, diresmikan pada tanggal 5 Januari 2017 oleh Ibu Tri Rismaharini.

“Alhamdulillah waktu itu penghuninya masih 90 orang dan sekarang sudah 150 orang. Dan program-program Ibu Risma terkait dengan ada di Griya Werda itu amatlah sangat membantu masyarakat lansia miskin yang ada di Surabaya. Yang memang kondisi fisik ekonomi, kondisi fisik secara hakikatnya, dan kondisi kejiwaannya banyak lansia yang memang perlu dilayani di Griya Werda,” terang Titin sapaan Kepala UPTD Griya Werda Jambangan.

Lebih lanjut Titin menjelaskan, di dalam Griya Werda Jambangan sendiri banyak program-program, satu, bagaimana lansia bisa masuk surga yaitu dengan cara kita membimbing lansia untuk melakukan kegiatan sholat berjamaah tiap waktu sholat masuk, kemudian ditambah solat sunnah. Kemudian untuk yang non muslim bekerjasama dengan pihak gereja, yang membantu pembinaan rohaninya terhadap non muslim. Itu yang kita lakukan.

“Kegiatan di Griya Werda Jambangan tetap, yang rutin adalah pemeriksaan kesehatan itu kita lakukan tiap hari. Tiap hari juga ada observasi lansia yang memang kondisinya membutuhkan pelayana khusus, perawatan khusus, contohnya Diabet, yang batreks Diabet kita observasi tiap hari, karena apa ? untuk supaya penyakitnya tidak naik lagi atau darah tinggi jadi tetap makanannya pun kita kordinasikan dengan ahli gizi. Jadi memang betul-betul tidak seperti diluaran seperti itu, dan kita juga menjaga lansia tidak konsumsi makanan dari luar. Dan ada kegiatan lain misalnya senam, kegiatan keterampilan,” papar Titin.

Imbuh Titin, lansian yang perlu perhatian khusus, hampir semua digeneratif, punya penyakit asam urat, kolesterol, darah tinggi, diabet. Itu kita cek secara rutin tiap satu minggu sekali. Cuman lansia yang butuh perhatian, misalnya operasi prostat atau cuci darah itu kita bekerja sama dengan rumah sakit pemerintah yang sudah ditunjuk. Kita wajib mengantarkan beliau sampai dengan rumah sakit tiap seminggu 2 kali, yang masih cuci darah 1 orang, tapi untuk yang lain yang kontrol-kontrol banyak itu. Jadi terkait dengan penyakit prostat, atau lumpuhnya, atau penyakit matanya itu banyak.

Jadi Ibu Risma dari awal mengumpulkan kepala-kepala dinas bahwa iki bantuen, iki bantuen, iki bantuen segera. Jadi Saya UPTD Griya Werda Jambangan tinggal enak, tinggal memutuskan untuk pelaksanaan program.

Ibu Titin menuturkan, kebanyakan lansia disini sendiri sebatang kara, tidak punya keluarga, tidak punyak rumah, tidak punyak penghasilan dan berKTP Surabaya. Kemudian semakin berkembangnya itu memang banyak lansia yang ditelantarakan atau terlantar karena keluarganya tidak sanggup secara ekonomi, secara waktu, kemungkinan keluarganya lansia tidak ada yang merawat sehingga dimasukkan disini tapi tetep dengan dikroscek dulu bekerjasama dengan keluarahan, pihak kelurahan yang tahu betul bagaimana lansia tersebut setiap harinya.

Sementara itu ibu lansia UPTD Griya Werda Jambangan, Maisonah, umur 67 tahun, yang masuk sudah satu tahun lebih.
“Aku disini sama suamiku Cecep Haris umur 76 tahun. Suami sekarang keadaan tidak bisa jalan, sakit tidak bisa kencing. Aku kalau dirumah sudah tidak punya apa-apa, hidup susah. Kalau disini agak lumayan tidak mikir apa-apa,” ucap Maisonah sambil meneteskan air mata, karena memikirkan suaminya.

“Aku cuma punya anak dua, meninggal satu. Ya tidak enaknya tidak kumpul sama anak. Saya disini tidak mikir apa-apa, tidak susah. Banyak teman-teman, satu kamar ada 10 orang. Kalau disini sudah dapat bantuan, makan, kue-kue, dan kesehatan di jamin itu sudah bantuan dari Bu Risma,” tutur Maisonah.

Sementara Pendamping lansia Griya Werda Jambangan Sumaryana menambahkan, alhamdulillah keluhkesa kalau disini banyak sekali karena kalau sudah lansia sudah seperti anak-anak. Mereka minta diperhatikan, minta bertemu keluarga itu pasti, tapi terimakasih kepada Ibu Risma karena hampir semua lansia di Surabaya bisa tertolong, bisa ditangani. Baik yang terlantar masih bujang, karena disini banyak lansia yang bujang juga. Jadi walaupun mereka mudanya tidak menikah tapi mereka masih bisa dirawat di sini. Karena ditolong sama Ibu Risma tadi.

“Untuk kesehatan dan kebutuhannya sudah terpenuhi semuanya, kalau mungkin sakit kita rawat dan kita rujuk ke Rumah Sakit milik pemerintah. Disini dipilih-pilah menjadi tiga perawatan lansia yang mandiri, parsial, dan batreks. Yang batreks itu yang memerlukan perawatan khusus jadi hampir semua kebutuhan kita penuhi, untuk yang parsial, kita hanya mengarahkan karena mereka hanya demensia (pikun). Kalau yang mandiri itu kita memberikan kegiatan-kegiatan supaya tidak jenuh, kegiatan-kegiatan yang positif kayak senam, ketrampilan, ngaji, tausiah,” imbuh Sumaryana. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!