- iklan atas berita -

 

Metro Times (Surabaya) — Libur panjang sekolah dampak Covid-19 membuat dampak baru bagi sekolah, orang tua dan anak/siswa, yaitu hubungan sekolah dan orang tua atau wali murid tidak ada, karena ketidaksiapan semua.

Kepala SMA Muhammadiyah 10 (SMAM-X) Surabaya, Sudarusman mengatakan, pendidikan itu tanggung jawab bersama orang tua dan sekolah. Oleh karena itu, antara guru dan orang tua harus berbagi tugas dalam pendidikan anak/siswa, agar proses pendidikan di sekolah dan di rumah berjalan seiring dan saling menguatkan. Maka dampak libur panjang terhadap belajar mengajar di sekolah menjadi “Terputusnya pendidikan dua arah anatara orang tua dan sekolah serta sulitnya menentukan nilai hasil pendidikan”.

Lebih lanjut Kepala SMA Berbakat (SMAM-X) Surabaya menjelaskan, yang menjadi persoalan bukan pembelajaran di rumah. Situasi Corona Covid-19 inilah yang membuat hubungan sekolah dan orang tua itu tidak terjadi. Proses pendidikan bisa di rumah dan di sekolah, yang menjadi persoalan ‘saling menguatkan tidak terjadi’. Seharusnya sekolah dan orang tua itu saling menguatkan, apa yang ada di sekolah dilakukan dikuatkan di rumah, dan apa yang ada di rumah dikuatkan di sekolah itu tidak terjadi. Kemudian sekolah itu pasti ada evaluasi, maka bagaimana pun juga penentu evaluasi itu nanti menjadi kesulitan menentukan nilai, terus anak ini layak tidak diberikan nilai A, B, C, atau nilai 70, 80, 90…ini kan ada sebuah kesulitan,

Hubungan sosial anak/siswa sebetulnya ada tiga, yaitu di rumah, di masyarakat dan di sekolah.
“Dengan dampak Covid-19 ini hubungan di masyarakatnya sudah tidak mungkin, maka hanya tinggal dua, yaitu di rumah dan di sekolah. Tetapi di rumah dan di sekolah pun ternyata diputus dengan hubungan yang tidak normal itu. Jadi kita tidak bisa saling menguatkan, siswa hanya dikirimi tugas, yang kita takutkan menjadi seolah-olah, ada tugas sekolah yang harus dikuatkan di rumah, tetapi apakah dirumah itu betul dilakukan secara sesungguhnya, itu yang kita takutkan. Itulah yang membuat kita susah memberikan penilaian yang sesungguhnya,” papar Sudarusman saat wawancara dengan media di SMAM-X Surabaya, Sabtu (11 /4).

ads

“Pada kondisi saat ini tidak mungkin kita bicarakan kompetensi yang harus diberikan. Daring online itu sekolah tidak siap, guru tidak siap, dan siswa tidak siap, ini yang membuat persoalan sebetulnya. Tapi kalau semuanya siap saya rasa tidak ada kendala, karena, materi itu ada yang kontekstual, dan ada yang tidak,” terangnya.

Pembelajaran Kontekstual  merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)

Menurut Sudarusman, situasi seperti ini pembelajaran harus kontekstual ke pada kehidupan sehari-hari. Jadi ajaran pun harus identik dengan situasi yang saat ini terjadi. Karena kata-kata daring itu online ini yang menyebabkan tidak maksimum itu, karena semuanya tidak siap 100%. Seorang guru ketika dianjurkan untuk membuat soal online bukan seperti membalikkan telapak tangan, itu butuh sebuah skill, butuh pendalaman secara filosofis, apa yang akan disampaikan itu nanti. Bagaimana situasi keluarga siswa, kadang-kadang tidak pernah memahami situasi di masing-masing keluarga siswa.

“Karakteristik keluarga siswa kita harus memahami, ada keluarga itu betul-betul proses belajar di rumah itu mereka bersama orang tua. Tapi adakalanya itu tidak, karena tidak semuanya lockdown, ada sebagian orang tua yang masih meninggalkan anak untuk bekerja, maka dari itu harus disesuaikan. Pada prinsipnya terjadi saling menguatkan, tugas dari sekolah itu dilanjutkan dengan orang tua di rumah untuk mengontrol,” ucapnya.

Guru memberi tugas ke murid, guru juga memberi tugas ke orang tua untuk evaluasi.

“Yang terbaik untuk saat ini, fungsi orang tua memerankan tiga hal, yaitu, keteladanan, harus menginspirasi, dan memberikan motivasi,” imbuhnya.

Program pembelajaran daring alias Online, sudah dijalankan oleh sekolah program Inklusi SPAH SMAM-X (sekolah Peduli Anak Hebat) dalam berbagai model. Pembelajaran dari rumah itu pun terus dilanjutkan, kali ini SPAH SMAM-X ingin mengenalkan “study or learn at home” betul-betul belajar di rumah melalui peran orang tua. Artinya tanggung jawab utama dalam pendidikan itu adalah Bapak dan Ibu sebagai orang tua, sebab yang mendapat amanat dari Tuhan adalah orang tua. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!