- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Beberapa penelitian menyebutkan bahwa salah satu lembaga penyebaran paham radikalisme/ekstrimisme beragama adalah sekolah dan kampus. Bahkan, hasil penelitian Balitbang Keagamaan Semarang beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa ideologi radikal di kalangan pelajar SMA se-Kedu dan DIY cukup memprihatinkan.

Hal itu dikemukakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Purworejo, Drs H Bambang Sucipto MPdI, saat menjadi pembicara dalam Dialog interaktif yang digelar oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Purworejo di Sanggar Bakti Pramuka Purworejo, Sabtu (2/6). Kegiatan beratajuk “Membentengi diri dari pengaruh radikalisme bagi genarasi muda” diikuti puluhan pelajar SMA/SMK se-Kabupaten Purworejo.

“PR bersama bagi para Rohis di sekolah-sekolah agar kita tidak terjebak dalam paham radikalisme, esktrimisme, atau terorisme,” ungkap Bambang Sucipto.

Menurutnya, ada sejumlah upaya yang harus dilakukan. Pertama, penguatan pendidikan agama dan wawasan keagamaan yang berorientasi pada peningkatan pemahaman ajaran Islam secara utuh dan mendalam. Kedua, Penguatan pendidikan dan wawasan kebangsaan sebagai perwujudan cinta tanah air adalah bagian dari iman.

“Selanjutnya, penguatan pembangunan yang komprehensif, integral, dan berimbang,” sebutnya.

ads

Kasat Intel Polres Purworejo, AKP Winarno, yang juga menjadi narasumber dalam dialog interaktif mengungkapkan bahwa sumber paham radikalisme dan terorisme yang paling berbahaya saat ini adalah media sosial (Medsos). Karena itu, pihaknya meminta agar pelajar dapat berlaku bijak dalam menggunakan Medsos.

“Penyebaran atau pergerakan paham radikal secara manual atau langsung, saat ini lebih mudah dibatasi. Justru Medsos yang paling bahaya,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DWP Kabupaten Purworejo, Dra Erna Setyowati Said Romadhon, saat membuka kegiatan mengaku cukup prihatin dengan adanya sejumlah aksi terorisme yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia akhir-akhir ini. Pihaknya berharap kejadian serupa tidak terjadi di Purworejo.

“Maka adik-adik pelajar diharapkan punya pemahaman agama yang benar dan ada guru pembimbingnya dalam belajar. Ternyata pemahaman radikalisme yang salah itu sebagian besar berasal dari internet atau media sosial tanpa ada pendampingan guru,” jelasnya.

Dengan adanya dialog interaktif pelajar diharapkan juga dapat peka terhadap lingkungan. Jika mendapati adanya informasi yang menjurus radikalisme, jangan takut melaporkan kepada pihak berwajib. (Daniel)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!