- iklan atas berita -

METROTIMES, JAKARTA – Pimpinan Kejaksaan Agung mengapresiasi jajaaran Kepala Kejati dan Kejari yang ikut terlibat dalam pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Apresiasi diberikan diantaranya kepada Kepala Kejati Papua Barat, Kejati Banten dan Kepala Kejari Kabupaten Gorontalo.

Kepala Badan Diklat Kejaksaan RI Tony T Spontana yang juga selaku Penanggung Jawab Lapangan Sosialisasi Peraturan Jaksa Agung (Perja) Nomor 13 Tahun 2017 tentang strategi Kepemimpinan, menyebutkan apresiasi itu disampaikan Wakil Jaksa Agung Setia Untung Arimuladi saat Video Conference dengan para Kajati dan Kajari serta uji coba Command Center Badiklat Kejaksaan RI.

“Kejati Papua Barat juga bagus, karena Kajati ini sebagai Kajati yang pertama yang menyampaikan laporan strategi kepemimpinannya kepada Bapak Wakil Jaksa Agung RI, kan program strategi kepemimpinan berdasarkan Perja itu dilaksanakan oleh Pak Wakil Jaksa Agung,” ucap Tony usai acara Video Confrence di Command Center Badiklat, Ragunan, Jakarta, Kamis (9/7/2020).

Lanjut Tony, Kajati dibawah komando Yusuf juga mampu membangun team work melalui koordinasi para Kepala Kejari di wilayah hukumnya, dengan mengkonsilidasikan para tokoh-tokoh masyarakat setempat.

“makanya Pak Wakil Jaksa Agung memberi apresiasi kepada Kajati Papua Barat dan jajaranya,” ucap Jaksa Utama itu bintang tiga itu.

ads

Mantan Kapuspenkum Kejagung itu menambahkan selain Kajati Papua Barat juga Kepala Kejati Banten, lantaran intitusi ini berhasil menata manajemen, sehingga mendapat sertifikasi ISO dari lembaga manajemen mutu.

“Kemudian juga, Kejaksaan Tinggi Banten berhasil meraih sertifikasi ISO, jadi pengakuan bahwa manajemen birokrasi Kejati Banten itu sudah terjamin kwalitasnya, terus
sosialisasi strategi kepemimpinan,” ungkapnya.

Kemudian terkait dengan sosialisasi strategi kepemimpinan juga diperlukan membangun jaringan yang tadinya belum WBK menjadi WBK kemudian yang sudah WBK menuju WBBM, perlu membuat terobosan dalam berinovasi di daerah tersebut.

Sebagai contoh kata Tony di Kabupaten Gorontalo dalam program Kecamatan binaan, sebuah inovasi dari Kejari setempat, dimana jajaran jaksa memberi perhatian serius kepada salah satu Kecamatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang dari laporan Kajari banyak pasangan suami istri lebih dari seratus hanya nikah menurut syariah agama atau nikah siri.

“Oleh karena itu Kajari berkoordinasi dengn Pemda setempat agar melakukan nikah secara resmi berdasarkan hukum Negara. Inovasi seperti ini kan bagus sekali, kordinasinya jalan, optimalisasi pelaksanaan kepemerintahan juga jalan kepercayaan masyarakat ke institusi Kejaksaan pun semakin meningkat,” tandasnya.

Sementara Wakil Jaksa Agung Setia Untung Arimuladi mengatakan dalam membangun WBK/WBBM seseorang pemimpin menguasai semua area sebagai persyaratan meraih predikat tersebut, sebabnya strategi kepemimpinan itu harus dipahami terutama dalam penyampaian laporan strategi kepemimpinan kepada Jaksa Agung dan Wakil Jaksa Agung.

“Ini, sebagai upaya mewujudkan bagaimana merubah menset dan pola pikir atau merubah tata laku atau prilaku maupun merubah tata kerja. Dalam kontek ini semua sangat berkesinambungan,” ungkap Setia Untung.

Karena itu, dia mengapresiasi para Kajati dan Kajari yang sudah melaksanakan semuanya, baik yang ada di Kejati maupun Kejari, tentunya setiap bertugas di daerah harus berpikir bahwa bertugas sebagi Kajati dan Kajari tidak seumur hidup, buatlah suatu Legacy atau warisan sebagai nilai utama kepemimpinan.

“legacy suatu peninggalan abadi sehingga merupakan suatu kebanggaan bagi rekan-rekan, seperti kita ketahui dan kita lihat bersama selain kegiatan strategi kepemimpinan kami mengadakan uji coba command center Badiklat yang nantinya akan di loncing oleh pak JA, kita uji coba Comamnd center ini agar rekan keluarga besar Adhyaksa dari Sabang sampai Merauke mengetahui adanya perubahan yang memang Command Center harus dimiiki oleh setiap unit kerja sesuai dengan kebutuhan saat ini berkaitan dengan digitalisasi,” ungkapnya.

Sebabnya mantan Kajati Riau dan Jawa Barat itu mengingatkan bahwa seorang Kajati dan Kajari mampu memadaukan cara kerja bersama diantaran bidang atau seksi satu dengan lainnya. Mengapa demikian, karena tidak mungkin suatu organiasi berjalan tanpa dukungan dari bidang atau seksi lainnya yang membantu menjalankan organisasi itu.

“Nah, agar capaian kinerja bidang tercapai hal ini harus di pahami sudah bukan saatnya lagi seorang pemimpin mengkotak-kotakan bidang, misalnya bidang ini yang paling super tidak, kita saling berkesinambungan, bagaimana seorang pemimpin menyatukan bidang tersebut untuk bisa mendorong agar unit kerja ini bisa bersaing berkompetisi yang positif dengan aparat penegak hkm lainnya,” tandasnya.

Karennya Setia Untung menghimbau sudah saatnya untuk menciptakan manajemen modern, melalui perencanaan, kontroling pelaksanaan dan lain sebagainya.

“lakukan itu dengan baik sehingga rekan-rekan bisa membuat laporan yang baik terkait strategi kepemimpinan,” tandas Setia Untung yang berhasil menorehkan Badiklat meraih predikat WBK/WBBM itu.(EDW/RED-MTN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!