- iklan atas berita -

Metro Times (Surabaya) – Gandrung, tarian yang merupakan penjiwaan dari cerita turun temurun masyarakat Banyuwangi. Mengisahkan titah bupati Blambangan untuk membangun ibu kota di daerah hutan Tirtagondo. Kesenian ini dipercaya awalnya digunakan oleh jejaka dari Blambangan yang berkeliling ke desa-desa dan menghibur dengan alat musiknya dengan imbalan berupa sekantung beras. Seiring berjalannya waktu kesenian ini telah diadaptasi dengan berbagai variasi baik dari segi seni tari maupun musiknya. Bertempat di Auditorium Benedictus Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), ratusan penikmat seni menjadi saksi kehadiran seorang maestra piano yang membagikan kisah perjuangannya lewat acara “Talk Show Alumni Bersama Maestra Ivon Maria Pek Pien”. Alumni dari Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis UKWMS angkatan tahun 1985 ini merupakan seorang pianis yang sukses berinovasi dengan memodifikasi pianonya hingga mampu mendentingkan alunan khas musik tradisional Jawa. Musik dengan piano yang telah dimodifikasi tersebut telah ditampilkan dalam “Music Festival Perugia” di Italia dengan karyanya yang berjudul “Javanese Impression”, dan “Gambyong variation”. Selain prestasi tersebut Ivon telah berhasil membawa pulang banyak penghargaan, di antaranya adalah 5 Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Selain prestasi pribadinya, dia berhasil membawa murid-muridnya menjadi maestro/ maestra pula, bahkan salah satu muridnya mampu melampaui pencapaian Ivon dalam Rekor MURI dengan berhasil menyabet 10 penghargaan tersebut. “Seorang maestra itu bukan sekedar artis, namun juga harus mampu menjadi guru yang memahami dan mengayomi anak-anak didiknya,” ujar Ivon. Tidak saja mengenal prestasi-prestasinya, talkshow ini membuat mahasiswa UKWMS dapat mengetahui dan mempelajari “rumus” kesuksesan dalam hidup Direktur Galaxy Music Indonesia tersebut. Sang maestra selalu menekankan perlunya kerja keras dalam meraih kesuksesan, “hidupilah mimpimu,” ujarnya sambil membeberkan pengalaman. Seperti halnya dahulu ia saat kuliah seringkali harus berkejaran waktu antara mengajar musik dan belajar, terkadang bahkan sampai harus menumpang di mobil angkutan roti milik temannya. “Ya numpang mobil box milik teman, angkutan roti, jadi harus bersesak-sesakan dengan roti” kenangnya perempuan yang telah mengajar cara memainkan piano sejak usia 12 tahun itu. Lebih lanjut, ia pun menambahkan pesan-pesan bagi mahasiswa-mahasiswi UKWMS. “Mau belajar apapun, asalkan ada minat pasti bisa. Semisal bakatnya 10% tapi mau kerja keras 90%, ia akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang berbakat 90% tapi kerja keras hanya 10%. Jika tidak mau latihan dan tidak mau usaha pasti tidak bisa,” terangnya untuk memotivasi mahasiswa UKWMS. Ivon sendiri telah membuktikan hal ini melalui inovasinya menggunakan aneka barang bekas dalam memodifikasi pianonya. Bisa terbayangkan, betapa panjang proses yang harus ia jalani hingga sukses menggabungkan alat musik klasik khas eropa tersebut dengan budaya Indonesia. Menutup perbincangan, Michael Seno Rahardanto, S. Psi, M.A. dosen Psikologi UKWMS selaku moderator acara menarik suatu kesimpulan. “Kalau teman-teman merasa punya talenta, kembangkanlah dan jangan dipendam. Mungkin kita takut, khawatir akan segala pengorbanan, itu wajar tapi tetap kembangkanlah,” ujar Danto. Menambahkan kesimpulan dari Danto, Ivon yang juga pernah menjadi juri dalam Kompetisi Piano Dunia di Italia “IBLA Grand Prize” ini membagikan sendiri kiat khusus dalam mencapai kesuksesannya. “Yang pertama percaya diri; jangan rendah diri, High Dicipline yang di dalamnya terdapat disiplin untuk orang tua, diri sendiri dan tentu saja sekolah alias tidak lupa almamater, lalu yang terakhir pantang menyerah, jadi walau kita gagal berapa kalipun selalu mencari jalan keluar yang lain,” papar maestra yang pernah menjadi pengajar di konferensi guru piano sedunia di New York, USA. “Ke manapun saya pergi, selalu membawa nama almamater, di manapun saya selalu memajang keterangan sebagai Alumny of Widya Mandala Catholic University Surabaya,” tandas Ivon dengan penuh kebanggaan di penghujung acara. Sebelum acara ditutup, seluruh hadirin yang datang dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa berbagai jurusan di UKWMS, dosen, karyawan, alumni dan penikmat musik, dipukau oleh alunan musik gubahan Mozart yang dimainkan oleh Ivon. Saat lagu berakhir, seru-seruan yang meminta sang maestro kembali memainkan lagu pun bergemuruh. Ivon pun memenuhi permintaan para pendengar dengan memainkan lagu Fly Me to The Moon versi aransemen pribadinya. Jemarinya menari dengan luwes menghasilkan dentingan rumit nan merdu penuh improvisasi. Sontak di akhir lagu, dengan dipelopori oleh Rektor UKWMS Drs. Kuncoro Foe, G. Dip.Sc., Ph.D., Apt. para hadirin memberikan tepuk tangan meriah tiada henti. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!