- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) SMAN Negeri 7 Purworejo mendapat kunjungan spesial dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno, Rabu (23/6). Selain napak tilas jejak Sang Eyang yang ternyata pernah menamatkan pendidikan HKS Poerworedjo pada tahun 1931, kehadiran Sandiaga S Uno sekaligus untuk meresmikan Taman Belajar Anak Bangsa, Widya Tama Sasana SMA N 7 Purworejo yang baru saja selesai dibangun.

“Hari ini sungguh menjadi anugrah yang penuh hikmah bagi saya bisa datang langsung ke sekolah ini,” kata Sandiaga usai keliling melihat kompleks bangunan SMA N 7 Purworejo.

Disebutkan, kedatangannya ke SMA N 7 Purworejo dilakukan setelah mendapat surat dari Kepala SMA N 7 Purworejo yang menginformasikan bahwa kakeknya (HR Abdullah Rachman bin Ali Rachman) pernah sekolah selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1931 di Hoogere Kweekschool (HKS) Poerworedjo yang kini menjadi SMA N 7 Purworejo.

Setelah datang langsung, ia mengaku takjub melihat kompleks dan bangunan sekolah yang sudah berusia 107 tahun tetap berdiri kokoh dan menjadi salah satu tujuan wisata heritage.

“Informasi sejarah yang saya tahu, sekolah ini didirikan sebagai kawah candradimuka pertama untuk pendidik di seluruh nusantara, mereka belajar ilmu keguruan di HKS ini dan disini juga eyang saya menuntut ilmu,” jelasnya
Sandiaga berharap, SMA N 7 Purworejo tetap menjadi destinasi wisata sejarah yang terus terjaga kelestariannya, mampu mencetak individu berakhlakul karimah, insan yang cerdas dan mampu mencapai Indonesia maju dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Ia juga berharap SMA N 7 Purworejo menjadi daya dukung pengembangan destinasi Super Prioritas Borobudur yang kebetulan otoritasnya dibawah Kemenparekraf RI.

ads

“Saya ingin sekolah ini tetap terjaga dan lestari, melahirkan siswa-siswa yang berakhlakul karimah dan cerdas, masuk dalam ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif,” harapnya.

Sandiaga menegaskan, untuk pengembangan ke depan, perlu kolaborasi lintas Kementerian dan lembaga, pusat, serta daerah. Dengan segala keterbatasan yang ada, pihaknya juga menggandeng dunia usaha dan komunitas terkait untuk mendorong SMA N 7 Purworejo sebagai titik tujuan wisata utama di Purworejo.

“Sekali ini usianya sudah 107 tahun dan gedung-gedungnya masih bisa berdiri dengan megah, ada bocor disana sini sini tentu butuh satu sentuhan yang lebih holistik agar menjadi edu tourism atau wisata edukasi dan wisata sejarah,” tegasnya.

Kepala SMA Negeri 7 Purworejo, Niken Wahyuni MPd mengungkapkan, kedatangan Kemenparekraf RI Sandiaga S Uno sebetulnya sudah direncanakan sejak lama. Namun, baru bisa terlaksana saat ini bersamaan dengan agenda kegiatan di Magelang. Selain meranah sejarah sang Kakak, Sandiaga S Uno juga menginginkan untuk melihat kompleks bangunan SMA N 7 Purworejo yang dulu bernama HKS dan sudah berdiri sejak tahun 1914.

“Seperti diketahui HKS dulu adalah sekolah yang menciptakan pendidik unggul dan cerdas. Kehadiran beliau juga sejalan dengan tujuan kami yang tengah mengembangkan sekolah sebagai wisata heritage dan pendidikan yang selama ini sudah berkolaborasi dengan pemerintah daerah serta berbagai pihak, harapannya kedatangan beliau membawa kemajuan, restorasi sangat memungkinkan dilakukan pemerintah karena kawasan ini betul-betul butuh untuk dijaga kelestariannya,” ungkapnya.

Ditambahkan, sekolah juga tidak melupakan tujuan utama pendidikan yakni menyiapkan anak-anak yang cerdas termasuk dalam menghadapi situasi pandemi saat ini.

“Seperti pesan pak Menteri, anak-anak harus cerdas serta mampu masuk dalam dunia ekonomi kreatif dan pariwisata, kami juga tengah menyiapkan tour virtual sma 7 yang akan kami launching pada lustrum ke 6 bertepatan dengan usia 30 tahun sekolah,” ucapnya.

Guru sekaligus Pegiat Cagar Budaya SMA N 7 Purworejo, Dra. Widyastuti Tri Sulistyorini menambahkan, berdasarkan sejarah kakek Sandiaga S Uno bernama HR Abdullah Rachman bin Ali Rachman lahir di Batavia tahun 1909. Setelah menamatkan Kweekschool di Cirebon tahun 1927 melanjutkan pendidikan di Hoorgere Kweekschool (HKS) Poerworedjo dan lulus pada tahun 1931.

“Setelah itu bekerja sebagai guru Vervolkschool sampai tahun 1939, pindah ke Majalengka hingga tahun 1942, pindah lagi menjadi guru SGB kemudian guru SGA di Malang sampai tahun 1948, setelah itu pindah menjadi guru SGA merangkap SMA di Bogor hingga pensiun menetap di Bogor dan beliau wafat di Bogor pada tahun 1976,” jelasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!