- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Persaingan produk kopi di era globalisasi kian ketat dan menuntut daya saing yang tinggi bagi para petani kopi dalam negeri. Butuh peran akademisi serta praktisi kopi untuk merumuskan strategi, mulai dari proses penanaman hingga pemasaran, agar para petani mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

Kondisi itu disikapi oleh Pusat Studi Pertanian dan Kawasan Pedesaan (PSPKP) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) dengan menggelar Webinar Nasional bertajuk Petani Kopi Merajut Tradisi di Era Globalisasi, Senin (28/9). Acara diikuti 154 peserta yang berasal dari UMP, Dinas Pertanian Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Penyuluh Pertanian Kabupaten Purworejo, serta berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Selama sehari, para peserta diajak mendiskusikan berbagai dinamika pertanian kopi bersama 3 narasumber, yakni Ir H Sayogo Yulianto MM (Komisi Penyuluh Pertanian), Isna Windani SP MSc (Akademisi), dan Khoirul Fata Rosyadi SH (Founder Kedai Kopi Benowo). Acara dipandu oleh Istiko Agus Wicaksono SP MSc dari UM Purworejo.

“Semoga dengan diselenggarakannya Webinar Nasional ini menjadikan semangat untuk para akademisi, praktisi, peneliti, stakeholder serta petani Kopi untuk senantiasa bahu-membahu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi,” kata Ketua Panitia Webinar Nasional PSPKP UMP 2020, Arta Kusumaningrum SP MSc, saat dikonfirmasi, Kamis (1/10).

Disebutkan, saat ini kopi menjadi komoditas trend yang sangat menarik untuk diperbincangan. Dari yang tua hingga yang muda menjadikan kopi sebagai teman “kerja” untuk menambah stamina, penghilang rasa kantuk, dan sebagai mood booster. Hal ini menjadikan permintaan terhadap kopi semakin meningkat.

ads

Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia tahun 2018-2020 untuk tanaman Kopi, berdasarkan pengusahaannya perkebunan kopi dibagi menjadi dua yaitu perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan besar (PB). Jumlah luas lahan komoditas kopi yang diusahakan oleh perkebunan rakyat (PR) yaitu sebesar 1.198,6 ribu hektar pada tahun 2016, pada tahun 2017 1.191,6 ribu hektar, kemudian meningkat pada tahun 2018 sebesar 1.210,7 ribu hektar.

Kemudian untuk perkebunan besar sendiri dibagi menjadi perkebunan besar Negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Dimana luas areal masing-masing dari tahun ke tahun yaitu untuk perkebunan besar Negara (PBN) tahun 2016 luas areal untuk tanaman kopi Di Indonesia tercatat seluas 23,4 Ribu hektar, menurun pada Tahun 2017 sebesar 22,9 ribu hektar dan pada Tahun 2018 sebesar 19,9 Ribu hektar.

Untuk perkembangan produksi kopi di Indonesia dari tahun 2016 hingga tahun 2018 mengalami peningkatan dari perkebunan besar yaitu pada tahun 2016 sebesar 31,87 ribu ton, pada tahun 2017 meningkat menjadi 32,16 ribu ton, dan pada tahun 2018 sebesar 28,14 ribu ton.

Sedangkan produksi kopi di Indonesia yang dihasilkan dari perkebunan rakyat (PR) cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu sebesar 632,01 ribu ton pada tahun 2016, sebesar 685,8 ribu ton pada tahun 2017, dan meningkat sebesar 727,92 ribu ton di tahun 2018.

Lima provinsi produsen Kopi terbesar di Indonesia antara lain yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dan Jawa Timur.

“Diharapkan dengan adanya persaingan di Era Globalisasi ini, produk Kopi dalam negeri tetap menjadi preferensi bagi konsumen lokal, regional, nasional, dan hingga mancanegara,” ungkapnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!