- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Kemarau panjang menyebabkan pasokan air untuk lahan pertanian di sejumlah wilayah Purworejo semakin terbatas. Ratusan hektare sawah mengalami kekringan dan lebih dari seratus hektar diantaranya terancam gagal panen atau puso.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Purworejo, Eko Anang mengatakan, jumlah sawah yang terdampak kekeringan berpotensi bertambah seiring masih panjangnya musim kemarau.

“Saat ini ada 913 hektare lahan yang mengalami kekeringan hektare dan kemungkinan masih akan bertambah dikarenakan menurut BMKG musim kemarau sampai pada Bulan Desember”, katanya.

Dari 913 hektare lahan yang mengalami kekeringan, seluas 420 hektare lahan berkategori kekeringan ringan, 150 hektare kekeringan sedang, 143 hektare kekeringan berat dan gagal panen 179 hektare yang tersebar di Kecamatan Purworejo 19 hektare, Kecamatan Loano 3 hektare, Kecamatan Gebang 1 hektare, Kecamatan Bener 44 hektare, Kecamatan Bagelen 2 hektare, Kecamatan Purwodadi 46 hektare dan yang terparah yaitu Kecamatan Ngombol dengan 64 hektare.

“Sedikitnya ada 7 kecamatan yang terdampak Puso dengan Luas yang bervariatif,” katanya.

ads

Jika kekeringan terus terjadi, lanjut Eko Anang, maka tingkatan kerusakan akan meningkat dari ringan ke sedang dan sedang ke berat. Lahan terdampak kekeringan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Purworejo yang rata-rata sawahnya tadah hujan. Pemerintah terkait sudah memberikan bantuan berupa pompanisasi untuk daerah yang masih terdapat sumber air.

Lebih lanjut ia mengungkapkan pihaknya sudah mengupayakan beberapa hal untuk mengatasi kekeringan dan mengurangi resiko gagal panen karena kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah dalam bentuk pompanisasi maupun sosialisasi kepada kelompok tani.

“Yang sudah kami lakukan untuk atasi antara lain dengan pompanisasi, irigasi bergiliran untuk hal ini (irigasi bergilir) kami selalu koordinasi dengan Dinas PUPR yang membidangi pengairan, pompa air berasal dari bantuan pemerintah dan swadaya” ucapnya.

Eko Anang menerangkan ada beberapa alternatif yag bisa dilakukan petani dalam menghadapi masalah kekeringan ini. Beberapa alternatif tersebut sudah disosialisasikan ke kelompok tani yang terdampak.

“Kami sudah sosialisasikan kepada kelompok tani supaya tanam methuk, tanam varietas padi umur pendek, kalau air tidak cukup supaya menanam palawija, lahan yang kekeringan cukup banyak karena musim kemarau maju, mulai bulan April sudah tidak hujan, kalau kondisi normal bulan juni pun masih ada hujan,” terangnya.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!