- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Sekalipun tak lulus menempuh bangku SMA, namun tangan dan ide kreatif, Sentot Hasto Pitono, tak pernah surut untuk berkreasi. Terbukti ia mampu belajar secara otodidak sehingga mampu membuat karikatur dan seni lukis dinding, yang membawanya menambah pundi-pundi rupiah.

Mungkin nama Sentot Hasto Pitono, memang tak setenar pengiat seni karikatur yang ada saat ini. Namun karya-karyanya memang patut di apresiasi, karena terbukti sekalipun pria kelahiran Semarang, 6 Juni 1976 ini, tak lulus menempuh bangku SMA. Ia mampu menunjukkan bakatnya didunia seni lukis karikatur dan dinding.

Bahkan seni karikaturnya mempunyai ciri khas tersendiri, selain mirip dengan poto gambar yang dibuatnya, alat yang digunakan hanya pensil warna. Suami dari Isriya tersebut, mengaku bakatnya tersebut sudah muncul sejak masih duduk dibangku Taman Kanak-kanak (TK). Selain itu, ayah dan ibunya memang memiliki hobby melukis dan seni music.

Hingga saat ini, sejumlah tokoh besar, berhasil diabadikan dalam gambar karikatur diantaranya, ada mantan Presiden Republik Indonesia Prof Bacharuddin Jusuf Habibie, Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Dr Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, Dr Ir Soekarno. Kemudian calon Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo dan Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo, selanjutnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, serta mantan Presiden Irak, Saddam Hussein.

“Sampai sekarang sudah ada 25 gambar karikatur yang saya buat. Tapi yang terjual masih sekitar 17an, satu gambar saya jual Rp 150ribu sudah sama frame, kalau cuma pesan gambar paling Rp100ribuan,” kata Sentot Hasto Pitono, saat ditemui awak media, Jumat (11/1/19).

ads

Ayah dari Alvito Gibran dan Aditya Maulana ini, menceritakan, hobby mengambarnya tersebut memang sudah ada sejak duduk dibangku sekolah TK Don Bosko Semarang. Ketika itu gurunya melihat ia memiliki potensi bakat mengambar, akhirnya rutin diikutkan lomba-lomba mengambar baik di sekolah maupun luar sekolah. Ternyata kebiasaan mewakili sekolah untuk lomba gambar bukan hanya di TK, melainkan hingga duduk dibangku SD Persit Diponegoro 1 Semarang dan SMP Kesatrian 1 Semarang ia juga kerap diminta gurunya untuk mengikuti lomba gambar dimanapun berada, dari lomba tersebut. Ia mengaku kerap meraih juara satu. Namun begitu akan duduk dibangku SMA, cita-citanya menjadi pelukis terkenal tertunda, karena ia tak mampu melanjutkan SMA, mengigat minimnya biaya untuk sekolah.

Hanya saja, disitulah cerita seninya berawal. Begitu tak jadi menempuh bangku SMA. Ia meminta restu kepada kedua orangtuanya untuk bekerja sekaligus merantau ke Jogjakarta. Di Jogja, ia sering bertemu dengan rekan-rekan mahasiswa seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, disitulah ia mulai belajar secara perlahan secara otodidak.

“Saya sering kumpul dengan mereka (mahasiswa ISI), baru kembangin sendiri minat gambarnya. Setelah itu, memutuskan merantau di Jakarta,”kenangnya.

Setibanya di Jakarta, pria yang sehari-harinya membuka warung nasi penyet super pedas ini, kembali bernasib baik, karena bisa bertemu dengan mahasiswa Seni Rupa dari Universitas Trisakti, Jakarta. Tak dipungkirinya, di Jakarta semakin memotivasinya menjadi pelukis, apalagi kakak kelimanya, Widaya Ponco Nugroho, yang juga animator di Jakarta, banyak memberikan inspirasi atas bakat melukisnya tersebut.

“Selama kumpul dengan kakak saya (Widaya Ponco), saya senang karena bisa kenal illustrator-ilustrator kondang, seperti Ali Oncom dan Aswendo. Disitulah saya semakin mantap untuk mengaplikasikan seni mengambar,” kenangnya.

Diakuinya, pertama kali ia memang, hanya suka seni lukis gambar dinding, kemudian awal 2017, mulai mengeluti dunia karikatur hingga sekarang. Ia sendiri masih ingat betul, awal gambar karikatur yang dibuatnya adalah guru SD anaknya.

“Jadi pas saya serahkan gambar guru SD tersebut, malah ada respon bagus. Guru anak saya langsung woro-woro (menyebarkan info) ke teman-temannya, dan rata-rata memberikan tanggapan positif untuk pesan, teman-teman saya juga nawarkan untuk buka jasa karikatur, disitulah saya kembangin hingga sekarang,”sebutnya.

Dikatakannya, untuk 1 gambar karikatur waktu yang dibutuhkan sekitar 2 hingga 3 hari. Untuk jadi total disebutkannya, membutuhkan waktu sekitar 5 hari. Hingga saat ini, diakuinya, pemesan kebanyakan dari mulut ke mulut. Sebagian adanya via online setelah diposting oleh rekan-rekannya.

“Nama produknya saya buat STARTS, untuk sekarang kalau mau pesan bisa via instgram Aditya Maulana, atau bisa juga hubungi via whatshaap di 099603533624,”kata Sentot, yang juga mempersilahkan pemesan untuk datang langsung ke kediamannya di Jalan Gergaji Pelem V, nomor 28. RT 1, RW 6, Mugassari, Semarang Selatan, Kota Semarang.

Pria yang juga hobby bermain gitar ini, mengatakan untuk gambar karikatur tersebut, media yang digunakan hanya kertas gambar, dengan media membuatnya alat pensil warna. Ia sendiri mengaku, memilih pensil warna, karena bisa memperlihatkan seperti kulit asli manusia saat membuat sketsa wajah pemesan. Sehingga benar-benar bisa kelibatan seperti wajah asli, karena seperti terlihat pori-pori gambarnya, tidak kelihatan langsung halus.

“Langkah awal harus melihat poto asli dulu, baru saya kreasikan dengan melihat-lihat gambar internet. Kadang membuat animasi dari pikiran sendiri, untuk menggunakan pensil warna saya akui awalnya susah, tapi sekarang sudah biasa, tapi paling utama keahlian saya lukis dinding,”sebutnya.

Dari sejumlah tokoh yang berhasil dibuatnya tersebut. Anak ke 8 dari 10 bersaudara pasangan almarhum Nanuk Hadi Siswoyo dan almarhumah Suliyah ini, mengaku hingga saat ini tertantang membuat karikatur gambar mantan Presiden Republik Indonesia, Dr KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur. Menurutnya, gambar Gusdur cukup rumit dibuat karikatur, karena ia menilai Gusdur tokoh kharismatik dan bersahaja.

“Agak rumit membuat sketsa wajah Gusdur, saya melihat ada kharisma yang memancar di wajahnya. Detail pembuatan butuh pemahaman, makanya sampai sekarang saya pengen buat gambar beliau (Gusdur),”akunya.

Dua tokoh yang sedang digarapkan dengan maksimal dan belum terselesaikan adalah gambar Joko Widodo dan Ganjar Pranowo. Ia sendiri mengaku, sangat mengidolakan dua tokoh tersebut. Ia menilai, kedua tokoh tersebut memiliki karakter yang pembawaanya bisa tenang, kemudian berpikirnya tidak grusa grusu. Kemudian apabila menyelesaikannya masalah tidak harus di hari itu juga.

Tak dipungkirinya, ia berharap betul nantinya kedua tokoh idolanya tersebut bersedia menerima gambar karikatur buatannya. Saking idolanya, ia sudah beberapa kali mencoba bisa bertemu langsung, walau hanya sebatas jabat tangan maupun ngobrol sejenak, namun ia sendiri merasa hanya kesampaian melihat di televisi dan media masa. Untuk karikatur gambar Joko Widodo diakuinya sengaja disandingkan dengan gambar Prabowo Subianto, dengan harapan Pemilihan Presiden 2019 nanti, bisa damai, aman, tentram dan mencegah pertikaian antar pendukung.

“Saya pengen ketemu mereka, tapi ndak kesampaian, khususnya pak Ganjar, kalau pak Jokowi ndak mungkin bisa kesampaian. Harapan saya begitu karikaturnya jadi, mereka bersedia menerimanya. Saya sudah coba pengen ketemu pas ada kegiatan keduanya kunjungan, tapi ndak kesampaian, padahal saya sudah nunggu dari pagi, mungkin karena saya pakai pakaian biasa jadi susah ketemunya,”kenangnya. (jon/dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!