- iklan atas berita -
Metro Times (Demak) –  Puluhan massa dari warga Dukuh Prigi dan Barus, Desa Kalikondang, Kecamatan Demak, Demak, menggeruduk rumah pemotongan ayam (RPA) di dekat persawahan setempat. Berjalan sejauh 500 meter menuju kantor RPA CV. Hajar Aswad Kalikondang, sambil menenteng beberapa poster yang intinya mereka menuntut tempat itu ditutup karena limbahnya dinilai mencemari lingkungan dan lahan pertanian.
Beberapa isi poster diantaranya; “Panen kami gagal karena irigasi tercemar”, “Warga Kalikondang menggugat”, “Bersihkan limbah dari sungai kami warga Kalikondang”, “Kembalikan irigasi kami seperti dulu” dan tulisan-tulisan lainnya.
Korlap massa, Rofiqul Haq mengatakan limbah dari rumah pemotongan ayam itu mengganggu masyarakat sekitar. Limbahnya berupa limbah cair dan limbah lele.
“Tuntutannya pabriknya harus tutup, kalau nggak ditutup ya dipindah, yang penting jangan di Kalikondang. kita berjalan bersama, yang penting jangan saling menganggu,” kata Rofiq disela aksi di depan kantor CV. Hajar Aswad Kalikondang, Selasa (17/10).
“Bau tidak enak, bau menyengat. Dampaknya juga ke lahan pertanian,” imbuhnya.
Menurut Rofiq, dampak limbah itu dirasakan warga sejak rumah tempat pemotongan ayam itu didirikan sekitar 4 tahun lalu. Dia menyebut limbah itu berimbas ke lahan pertanian.
“Dampaknya waktu tanam itu hijau, tapi setelah mau pembuahan itu tidak bisa berbuah. Terus efek dari kelebihan nitrogen itu, tanaman cepat terserang hama, khususnya wereng. Lahan pertanian yang terdampak serius kurang lebih 10-15 hektare,” jelasnya.
Rofiq mengatakan persoalan limbah itu sudah pernah disampaikan oleh warga, namun tak kunjung ada kesepakatan.
“Sudah mediasi 4 kali, ternyata tidak terealisasi. Petani kita butuh bimbingan, lahan kayak gini cara mengatasinya bagaimana. Soalnya kebanyakan petani di sini kalau tidak menggunakan urea itu tidak bisa,” ujarnya.
“Limbahnya limbah pemotongan ayam, udara, sama limbah lele,” sambungnya.
Selain itu, warga juga menutup saluran air dekat pabrik tersebut menggunakan tumpukan padas dalam karung. Saluran air tersebut menghubungkan ke area permukiman.
Muhamad Subhan (45) warga yang berprofesi sebagai petani menambahkan, limbah tersebut berasal dari perusahaan pemotongan ayam yang dilakukan secara tradisional dan limbah dari kolam lele milik H Kusno yang langsung dialirkan ke sungai.
“Karena adanya limbah ini, kami para petani hanya bisa panen separuhnya. Hanya 4,5 ton,” imbuhnya.
Limbah tersebut dialirkan ke sungai yang merupakan irigasi warga. Sehingga kami jadi gagal panen selama 4 tahun ini, terakhir gagal panen di MT 2,” ucap Subhan, yang juga ketua Kelompok Tani Desa Kalikondang.
Dikatakan, luas tanah pertanian sendiri sekira 150 hektar yang terdampak, sementara untuk hasil panen sendiri jika normal bisa menghasilkan 9 ton sekali masa tanam.
“Karena adanya limbah ini, kami para petani hanya bisa panin separuhnya. Hanya 4,5 ton,” imbuhnya.
Petani lain, Kasran (60) mengaku dirinya menggarap lahan dari Dinas Pertanian selama 2 tahun, namun hasilnya jelek. Ia menuturkan, lahan garapannya tidak bisa ditanami lantaran terendam limbah.
“Hasilnya nggak bagus. 50 persen ke bawah. Biasanya dapat 20 ton, sekarang dapatnya 12-10 ton. Kan sudah rugi besar. Ongkosnya (sewa) mahal, ditanam padi nggak bisa keluar padi semua, loyo semua,” ujar Kasran.
“Ini akibat limbah, nggak bisa ditanami sekitar satu bahu kurang 1/4. Kalau ditanami dapat satu ton setengah,” sambungnya.
Menurut Kasran, dampak air limbah yang hitam keruh itu membuat tanamannya jadi loyo. Limbah itu disebut menghambat pertumbuhan padi.
“Tanamannya loyo semua, nggak bisa tumbuh, pendek semua karena limbah. Limbahnya berupa air tapi coklat hitam gitu. Tanam padi, palawija, ya nggak berani,” ucap dia.
Massa warga sempat adu mulut dengan petugas keamanan pabrik. Setelah itu sejumlah anggota polisi dan TNI mendatangi lokasi. Perwakilan massa warga kemudian diterima oleh pihak pabrik. Hadir pula Kades Kalikondang dan pihak dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Demak.
Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas DLH Demak, Kusdarmawan mengatakan tempat usaha tersebut sudah memiliki izin usaha pengelolaan lingkungan (UPL).
Kalau dari laporan, ini sudah ada izin UKL-UPL, dari laboratorium untuk pengetesan air itu sudah sesuai dengan baku umum,” ujar Kusdarmawan usai menemui massa warga.
Ia menyebut ada satu kesepakatan lain dalam pertemuan itu, yakni menutup limbah lele yang membuat lahan pertanian tidak bisa digarap.
“Kaitannya dengan yang diadukan itu untuk (Limbah) lele itu dari pihak pengelola tadi diusahakan untuk menutup,” kata Kusdarmawan .
Kades Kalikondang, Asif Barchiya mengatakan sudah ada beberapa kesepakatan dari hasil pertemuan kali ini.
“Yang memang menjadikan kurang bagus memang limbah yang tradisional, kemudian yang lele. Ini tadi sudah ada beberapa kesepakatan dari hasil rapat mufakat, itu dari lele itu ditutup, kemudian dibuatkan terkait IPAL (instalasi pengolahan air limbah) lagi, terkait limbah yang tradisional,” jelas Asif.
Sementara itu, pemilik rumah pemotongan ayam CV Hajar Aswad, Burhanudin Pangestu mengatakan pihaknya akan berupaya memperbaiki permasalahan terkait limbah seperti yang dikeluhkan warga.
“Tadi juga ada tuntutan terkait bau, DLH membina kita, ada masukan untuk memberikan tetes tebu untuk menghindari bau (Akibat pemotongan ayam),” kata Burhan.
“Terkait IPAL dari limbah pembuangan tetap kita maksimalkan, dan sebenarnya sudah dibina juga sama DLH. Jadi ke depannya harapannya tidak ada permasalahan lagi,” sambungnya.
Terkait limbah lele, pihaknya siap menindaklanjuti dan mengkomunikasikan kepada yang bersangkutan. “Untuk lele itu ada bagian sendiri yang mengurusinya dan memang masih keluarga. Nanti saya sampaikan, semoga diindahkan,” janjinya
Ia menyebut bahwa rumah produksi  miliknya tersebut berdiri sejak 2019 dan kini mempekerjakan 300 karyawan yang 90 persennya warga Kalikondang. (af).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!