MetroTimes (Kab. Cirebon) – Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa selaku ketua Pembina Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU ( YKM NU) menyerahkan bantuan inkubator dan fototerapi gratis kepada penerima manfaat melalui Muslimat NU Cabang Cirebon. Bantuan ini diberikan kepada masyarakat yang memiliki bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
“Alhamdulillaah ini dari Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU (YKM NU) ada inkubator yang bisa untuk membantu saudara-saudara kita yang melayani bayi dengan BBLR,” kata Khofifah yang juga sekaligus Ketua Pembina YKM NU pada acara Hari lahir ke-77 Muslimat NU di Pendopo Kab. Cirebon, Minggu (23/7).
Khofifah menjelaskan, bantuan ini merupakan bentuk perhatian Muslimat NU terhadap upaya penurunan angka kematian bayi (AKB) yang masih perlu perhatian beberapa daerah di di Indonesia. Dimana, program peminjaman inkubator dan fototerapi gratis ini telah diluncurkan oleh YKM NU sejak pertengahan Februari tahun 2020.
“Program ini akan terus disosialisasikan agar semakin banyak yang bisa mendapatkan manfaat dari bantuan ini, dan semakin banyak bayi yang dapat ditolong,” ujarnya.
Khofifah menambahkan, beberapa hal yang membuat bayi BBLR atau di bawah 2500 gram, antara lain status gizi ibu bayi sebelum dan saat hamil, berat badan ibu saat hamil, usia ibu saat sedang hamil, kondisi kesehatan ibu dan bayi prematur.
“Kalau tumbuh kembangnya terhambat, perkembangan otaknya terhambat nanti juga bisa membuat bayi ini terindikasi stunting,” imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, selain bantuan inkubator juga dibutuhkan para relawan yang bisa memahami berbagai informasi terkait BBLR dan bayi Kuning. Sekaligus terkait pentingnya informasi terkait penggunaan inkubator.
“Sehingga ketika ada bayi lahir dengan BBLR atau terindikasi penyakit kuning, relawan tersebut bisa segera menginformasikan adanya bantuan ini sekaligus mengedukasi cara penggunaannya,” terangnya.
“Mudah-mudahan program ini dapat lebih banyak memberikan manfaat dan menolong, menyelamatkan lebih banyak banyak bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan bayi Kuning,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah mengatakan, sebagai organisasi perempuan terbesar di Indonesia, Muslimat NU harus ikut berperan terhadap penurunan angka stunting yang masih menjadi PR bangsa Indonesia.
“Untuk itu, di peringatan Harlah ke-77 Muslimat NU Kab. Cirebon ini ada substansi yang diusung, yakni ibu-ibu Muslimat menjadi Bunda asuh bagi anak-anak yang terindikasi stunting,” terangnya.
Khofifah menegaskan, stunting berkaitan dengan tumbuh kembang anak yang berpotensi memperlambat perkembangan otak, dan kecerdasan. Stunting diawali dengan kekurangan gizi dan juga berdampak pada terhambatnya tinggi badan anak.
“Banyak orang yang pendek tapi cerdas, tapi kalau yang stunting selalu pendek, tapi tidak berarti yang pendek itu stunting, jadi ada sisi kecerdasan, itulah yang harus kita jaga semua,” ucapnya.
Khofifah menuturkan sejak lama Muslimat NU telah menjalin _partnership_ dengan lembaga-lembaga yang menjadi _leading sector_ penanganan dan pencegahan stunting. Seperti Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan baik di tingkat provinsi maupun Kabupaten Kota.
“Sekarang berarti dengan DP3AK, mereka bisa memberikan partnership dengan apa yang menjadi tugas besar bangsa Indonesia hari ini antara lain adalah menurunkan stunting lebih signifikan lagi di tahun-tahun yang akan datang,” tuturnya.
Dihadapan lebih 5.000 jamaah Muslimat Cirebon, Khofifah juga mengajak muslimat NU lebih perduli terhadap permasalahan stunting. Menurutnya banyak hal dapat dilakukan dalam mencegah stunting dimulai sejak di awal kehidupan.
Sementara itu, Bupati Cirebon Imron Rosyadi berharap muslimat NU Cirebon mengambil peran dengan masalah kesehatan termasuk penurunan stunting. Pasalnya wilayah Cirebon yang luas dimungkinkan adanya pendampingan kepada masyarakat oleh muslimat NU.
“Kami harap ada kerjasama dari pemerintah dan Muslimat NU. Dan, kami harap muslimat NU Cirebon mengambil peran membangkitkan kesadaran terhadap masyarakat,” kata Bupati Cirebon.
(nald)