- iklan atas berita -

MetroTimes (Surabaya) – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah mencanangkan Surabaya, Kota ramah anak.

“Ibu Risma sangat berkomitmen untuk menjadikan kota Surabaya ini menjadi kota ramah anak. Kota yang berpihak kepada anak-anak, terutama anak-anak yang kurang beruntung. Beliau sangat konsen sekali terutama dipendidikkan, kemudian masa depan anak-anak ini,” terang Cindya Kasekbag TU UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya, Kamis (12-11-2020).

Lebih lanjut Cindya menyampaikan, UPTD Kampung Anak Negeri didirikan pada tahun 2010. Yang melatarbelakangi didirikan Kampung Anak Negeri, ya untuk menampung anak-anak yang dulunya pengamen, anak terlantar yang berasal dari keluarga kurang beruntung, broken home. Jadi kita tampung, kita sekolahkan, kita didik, kita latih di sini.

“Kegiatan disini yang paling utama untuk memandirian anak-anak, karena mereka berasal dari anak jalanan. Kemudian kita beri ketrampilan, agar nanti kedepannya kita berharap bisa menjadi anak-anak yang berguna bagi masyarakat. Mereka bisa bekerja atau bisa berwirasuwasta,” tuturnya.

ads

Kasibag TU Kampung Anak Negeri yang sabar terhadap anak-anak ini, mengutarakan, sering anak-anak diundang di kediaman Bu Risma.  Anak-anak juga dipakai Bu Risma untuk menjadi percontohan terhadap anak-anak lain yang suka tawuran, dan kenakalan anak-anak lainnya. Anak-anak ini dipanggil Bu Risma untuk memberi testimoni, “saya dulu itu nakal, tapi sekarang bisa berubah. Saya ini nakal, pernah gini, pernah gitu tapi akhirnya saya dididik di Kampung Anak Negeri, diberi pengetahuan, diberi nasehat, diberi fasilitas seperti itu dan saya bisa berubah, yang dulunya nakal sekarang terarah.

Cindya juga memberi contoh, ada beberapa alumni yang sekarang bekerja di Linmas, outsorcing di dinas sosial, dan di Mercure yang datang kesini bagi jajan (kue) buat adik-adiknya. Setelah itu menasihati, agar jangan nakal kalau ingin seperti saya. Jadi ada rasa tanggung jawab daripada kakak-kakaknya alumni Kampung Anak Negeri.

“Saya menghimbau dan mengajak masyarakat agar jangan menjustifikasi bahwa anak jalanan itu semuanya jelek, semuanya tidak punya moral. Mereka ada yang baik, hanya mungkin karena lingkungan keluarga orangtuanya broken home. Jadi yang salah itu bukan anaknya, tapi “lingkungannya”. Misalnya anak jadi nakal, anak jadi melawan itu sebenarnya bukan karena mereka, tapi mereka diberi contoh di lingkungan, sehingga mereka mengadopsi hal-hal yang ada di lingkungannya. Tugas tanggung jawab itu ada di orangtua. Orangtua faktor terpenting di kehidupan tumbuh kembang anak,” pungkas Cindya.

Sementara staf pembimbing Kampung Anak Negeri Samsul menambahkan, ini adalah tempat penampungan sekaligus pembinaan bagi anak-anak PMK (Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial). Jadi Kampung Anak Negeri ini adalah tempat pembinaan mulai usia 8 tahun hingga 18 tahun. Sesuai amanat undang-undang.

Yang ada di Kampung Anak Negeri adalah anak-anak dari kota Surabaya. Dan ada pun background mereka, Syamsul menjelaskan, ada dari beberapa aspek, yaitu ada yang dari penjangkauan masyarakat, maksudnya penjangkauan itu ada laporan dari warga bahwasanya di tempat ini ada anak terlantar. Mungkin orangtuanya punya masalah atau apa, sehingga anaknya terlantar dari aparat setempat akhirnya dirujuk di tempat kami. Ada yang juga dari cakupan Satpol PP, anak-anak yang ngamen di jalan. Ada pula dari limpahan Liponsos Keputih, karena di rasa bisa dibina untuk bisa memiliki masa depan yang lebih baik, makanya dirujuk kesini.

Untuk pendidikan Samsul menegaskan, anak-anak disini wajib belajar 9 tahun, bahkan kami mengupayakan anak-anak ini benar-benar tuntas, benar-benar bisa mandiri, dan berkelakuan normatif. Mandiri seperti apa ? Minimal dia keluar dari sini bisa mencukupi kebutuhan hidup sendiri. Juga berperilaku normatif sehingga bisa diterima di masyarakat.

Samsul juga menambahkan, dimana anak usia SMA dan SMK untuk memilih sekolah, tapi kita cendrungnya mengarahkan ke SMK dengan harapan anak-anak bisa kerja. Jadi kita ikutkan SHS (Sekolah Hotel Surabaya) dengan harapan anak-anak ini siap kerja. Selain itu didalam atau internal kita sendiri juga ada program kewirausahaan harapan melatih anak-anak siap kerja pada saat mereka sudah lepas dari sini.

“Anak-anak ada yang kita kuliahkan di Unesa, karena jarang juga anak-anak yang mau berusaha untuk tetap meraih ilmu, untuk sekolah sampai setinggi kuliah. Kalau ada anak yang berpotensi dan anak itu mau, maka kita fasilitasi untuk mencapai kehidupan yang lebih berharga,” imbuh Samsul. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!