Metro Times (Kendal) Pada umumnya kemarau panjang membuat susah bagi para petani. Namun, dibalik kemarau panjang banyak membawa berkah bagi para pembuat batu bata merah.
Seperti yang dialami para pembuat batu bata merah di bantaran Sungai Waridin Desa Kebonadem Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, mereka selama musim kemarau setidaknya mendapatkan keuntungan hingga mencapai 30 persen. Pasalnya, proses pembuatan batu bata lebih cepat dibandingkan dengan musim penghujan meski harga batu bata mengalami penurunan.
Keberkahan yang didapati para pembuat batu bata di bantaran Sungai Waridin Kendal, yakni mereka mampu memproduksi batu bata jauh lebih banyak dibandingkan dengan musim penghujan.
Sukariyah, seorang pembuat batu bata menuturkan, selama musim kemarau bisa membakar batu bata sampai empat kali dan sekali bakar bisa mencapai 25 ribu batu bata.
“Selama musim panas, batu bata cepat kering dan itu membuat hasil produksi meningkat,” tuturnya, minggu (3/11/2019).
Ia juga mengatakan, jika musim panas batu bata laris terjual, dikarenakan banyak orang yang membangun.
“Kalau pas musim penghujan kami hanya bisa membakar batu bata lima bulan sekali, namun harganya jauh lebih mahal, karena proses pembuatan batu bata susah, jadi musim kemarau panjang ini merupakan berkah bagi kami,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan Jasman, seorang pengusaha pembuatan batu bata yang mempunyai 3 lokasi pembuatan batu bata.
“Saat ini harga batu bata untuk pembelian ditempat pembakaran harganya Rp 470 ribu perseribu batu bata, sedangkan kalau musim hujan biasanya Rp 500 ribu perseribu batu bata,” jelasnya.
Dikatakan, saat musim kemarau, pembuat batu bata bisa membakar batu bata 2 bulan sekali, sedang kalau musim penghujan biasanya 5 bulan sekali.
“Pembuatan batu bata saat musim kemarau, mulai dari proses pembuatan adonan, pencetakan sampai proses pembakaran batu bata membutuhkan waktu satu setengah bulan, sedang proses pengeringan hanya membutuhkan waktu satu minggu,” terangnya.(Gus)
