- iklan atas berita -

 

Metro Times (Purworejo) Badan Otorita Borobudur (BOB) terus berupaya mengembangkan kawasan wisata Borobudur High Land yang berada di Desa Sedayu Kecamatan Loano. Obyek wisata tersebut berada satu lokasi dengan obyek wisata Glamping De Loano.

Direktur Utama BOB, Indah Juanita dalam pemaparannya dihadapan sejumlah media mengemukakan, pihaknya tengah membangun beberapa spot tambahan untuk memberikan opsi kunjungan lebih banyak kepada wisatawan di kawasan Borobudur High Land.

“Sedang kita kembangkan, selain Glamping De Loano nanti ada dua lokasi lagi yang kita sebut zona A2 dan A3, untk A1 nya Glemping De Loano. Di spot tersebut rencananya akan dibangun tambahan kamar, kafe, dan amphiteater yang cukup besar,” katanya, Rabu (15/8) malam di kompleks wisata Glamping De Loano.

ads

Lanjut Indah, kawasan yang dikelola oleh BOB ini berdiri di lahan perhutani Aph kedu selatan seluas 309 hektare. Kawasan ini dinamakan dengan Borobudur High Land. Pengembangannya akan terus dilakukan sampai menghasilkan jalur wisata yang layak dipilih.

Jalur dari Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, menurut Indah, memiliki potensi yang cukup baik. Diantaranya wisata bukit, gua, sejarah, flora-fauna, dan wisata budaya yang tidak kalah menarik.

Meski demikian, Indah mengakui, potensi tersebut perlu sentuhan intens supaya dapat dikembangkan dan menjadi magnet menarik wisatawan. Minimal ada kesiapan insfrastsruktur seperti jalan raya dan kemudahan transportasi untuk mengakses lokasi tersebut.

Ketika disinggung terkait minat wisatawan untuk mengunjungi Borobudur High Land atau wilayah yang dikelola oleh BOB, Indah menjelaskan, ada respon sangat positif. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung Glamping De Loano.

“Wisatawan yang berkunjung dan menginap di sini (Glamping De Loano,red) sekitar 150 orang dalam satu bulan. Jumlah yang tidak sedikit jika melihat lokasi yang cukup jauh dan baru dikembangkan belum lama ini. Untuk itu kawasan ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan,” katanya.

Meski pembangunan akan dikebut, Indah pastikan tidak akan meninggalkan atau menjadi pesaing masyarakat sekitar yang juga berusaha menyediakan jasa wisata, seperti home stay, dan usaha kuliner maupun kerajinan tangan.

“Jasa-jasa yang kita bangun dan tawarkan tidak menyaingi masyarakat. Kita sudah mengantisipasi itu, seperti dengan memberinkan range harga yang tinggi. Bahkan kami akan merangkul masyarakat untuk bekerjasama dalam melayani wisatawan,” ujarnya.

Sementara itu, Muhammad Ramadan selaku pengelola Glamping De Loano mengungkapkan, dari 309 hektare lahan perhutani Aph kedu selatan yang dikelola BOB, baru 3 hektare yang digarap, termasuk pengembangan Zona A2 dan A3.

Menurutnya, belakangan ini Glamping De Loano menjadi tempat berlibur favorit bagi masyarakat. Ketika hari libur tiba, bisa dipastikan pengunjung yang datang cukup banyak. “Untuk hari biasa sekitar 150 pengunjung perharinya, mereka kebanyakan rombongan, untuk yang menginap kalau dihitung rata – rata150 orang setiap bulannya,” katanya.

Pengunjung yang datang menginap di Glamping De Loano tidak dikenai biaya masuk, cukup membayar biaya menginap di glamping. “Untuk tarif menginap seharga Rp 900.000 untuk 6 orang, dan Rp 700.000 untuk 2 orang (VIP). Itu sudah termasuk makan dan minum,” ujarnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!