- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) – Dewan Pendidikan Kota Semarang (DPKS) mengharapkan kepada para guru di Kota Semarang ikut berperan mengatasi krisis pembelajaran yang saat ini masih berlangsung dengan mengikuti program guru penggerak.

Ketua DPKS Dr Drs Budiyanto SH, M.Hum mengatakan, informasi dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Provinsi Jawa Tengah menyebutkan, rendahnya kualitas guru menjadi salah satu faktor terjadinya krisis pembelajaran di tanah air.
“Informasi itu mengemuka saat nara sumber dari BBGP Jateng menyampaikan input dan berdiskusi dalam rapat kerja (Raker) DPKS di
The Wujil Resort & Convention, Jl Soekarno Hatta KM 25,5 Ungaran Kabupaten Semarang, Minggu-Senin (3-4/9) lalu,” kata Budiyanto di Semarang, Selasa (12/9)

Menurutnya, kondisi itu sangat disayangkan sekali dan perlu ditindaklanjuti melalui upaya inovatif dan kreatif agar harapan mewujudkan kualitas dan mutu pendidikan di Kota Semarang segera terwujud.

Salah satu upaya itu, lanjutnya adalah mendorong para guru mengikuti program seleksi guru penggerak, kepada para kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Semarang diharapkan ikut mendorong kepada guru yang akan mengikuti program ini.

Dia menambahkan, hingga kini jumlah guru penggerak di Kota Semarang masih sangat terbatas, agar jumlah guru penggerak semakin bertambah maka guru-guru perlu didorong untuk mengikuti program ini, sehingga krisis pembelajaran di Kota Semarang lebih cepat teratasi.

ads

Kepala BBGP Kemendikbudristek Jateng, Darmadi SPd, MPd mengatakan meski bukan menjadi faktor tunggal terjadinya krisis pembelajaran, rendahnya kualitas guru harus segera diatasi melalui program guru penggerak.
“Guru penggerak di Kota Semarang, jumlahnya terbatas. Saat ini baru ada 263 orang, dari sejumlah itu 204 orang sudah memenuhi syarat sebagai kepala sekolah, jumlah itu perlu ditambah,” ujarnya.

Menurutnya, materi program guru penggerak tidak satupun menyentuh tentang mata pelajaran atau mapel, tetapi yang disentuh adalah aspek pedagogiknya yang dikemas dalam 10 modul.

Sejumlah modul itu, ujarnya dikelompokkan dalam tiga paket modul, meliputi pertama visi dan paradigma guru penggerak yang memposisikan guru sebagai pelayan peserta didik sebagaimana dikembangkan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro.

Dikatakan, sikap melayani peserta didik itu ditandai dengan pembelajaran diferensiasi. Kedua, mampu mengelola pembelajaran, dan ketiga mampu mengelola aset dan mengambil keputusan. (af).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!