- iklan atas berita -

Metro Times (Yogyakarta) Retreat dalam artian luas adalah kegiatan sementara waktu menjauhkan diri sendiri dari lingkungan keseharian. Dalam kehidupan religiun/rohani, biasanya disebut dengan Retret yang beraryi menyediakan waktu untuk berefleksi, berdoa atau bermeditasi.

Tujuan dari retreat adalah menyadari diri, menemukan jati diri dan yang paling penting adalah mengenal Tuhan dan sesama. Guna lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, puluhan remaja katekisan dan pra katekisan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purworejo mengikuti Retret selama dua hari (9-10/11) bertempat di Villa Eden, Kaliurang, Yogyakarta.

Acara dipimpin langsung oleh Pendeta Lukas Eko Sukoco, M.Th, dan Pendeta Lintang Anggraini, S.Si. yang diikuti oleh sekitar 30 remaja yang didampingi oleh orang tua masing-masing. Kegiatan retreat rutin ini dilaksanakan setiap tahun oleh GKJ Purworejo bagi remaja menjelang sidi.

Manfaat dari retreat adalah memberikan kesempatan untuk beristirahat secara fisik dan psikis dan menyegarkan kembali akibat kesibukan, supaya tidak terjebak dalam rutinitas tanpa makna tujuan hidup, menyadari keberadaan Tuhan dan berkesempatan mendengar suara Tuhan.

ads

Kegiatan hari ini, Sabtu (9/11), diawali dengan menyanyikan lagi – lagu rohani. Kemudian dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Pendeta GKJ Purworejo Lukas Eko Sukoco. Dalam materinya, Pendeta mencontohkan seorang pemuda bernama Williem Carey yang miskin dan tidak berpendidikan, namun ia sukses menjadi hamba Tuhan.

“Setelah melihat kembali perjalanan dari kehidupan Carey, sangatlah mudah dimengertl mengapa la dianggap sebagal seorang misionaris besar.”

Diceritakan, Carey melakukan pelayanan selama 40 tahun di India dengan hasil yang luar biasa. “Di bawah pengarahannya, Alkitab diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa India dan dialeknya. la mendirikan gereja di seluruh kawasan delta Sungai Gangga, dan bahkan mengirim misionaris ke bangsa-bangsa lain,” kata Lukas Eko.

Carey, lanjut Lukas, juga mengorganisasi suatu lembaga sekolah untuk anak-anak India dan akhirnya mendirikan Perguruan Tinggi Serampore. Perguruan Tinggi tersebut mengajarkan Teologi Kristen yang diajarkan bersama dengan sastra India dan teknologi barat.

Selain mendirikan sekolah, Carrey juga mendirikan Yayasan Pertanian India serta menerbitkan kumpulan esai untuk memperbalki hasil pertanian.

“Selain menjadi seorang profesor yang dihormati di Fort William College, ia juga mengemukakan kumpulan- kumpulan kritik pada tulisan Hindu kuno. Dia mendirikan pula sebuah rumah sakit untuk orang-orang kusta dan sekolah misionari untuk rakyat jelata.”

Carey berusaha menentang penghancuran kehidupan manusia melalul pembunuhan anak-anak, pengguguran bayi serta menentang Upacara Sati. Upacara Sati atau dalam tradisi Jawa terkenal dengan istilah bela pati dengan Pati Obong adalah praktik pemakaman religius di India. Dimana perempuan yang baru saja menjadi janda secara sukarela, atau dipaksa, untuk membakar dirinya di atas tumpukan kayu api upacara kremasi suaminya.

“Carey juga menjalin persahabatan dan kerja sama dengan umat agama lain di India. Ia juga mengusahakan suatu pertemuan umum dari sejumlah denominasi Kristen dengan tujuan untuk mengoordinasi suatu gerakan penginjilan sedunia. Akhirnya, saya mengucapkan selamat menjadi hamba Tuhan kepada Katekisan yang hadir,” kata Pendeta Lukas mengakhiri ceramahnya.

Pada akhir acara dilaksanakan diskusi antara orang tua dan pendeta serta diskusi katekisan dengan guru dan pembina katekisan.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!