- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Memasuki bulan Ramadhan 1440 Hijriyah, harga bawang puth di pasar lokal naik hingga seratus persen lebih. Dari harga awalnya hanya Rp 25 Ribu, menjadi Rp 55 Ribu per kilogramnya. Kenaikan ini diperkirakan akan terus melonjak sampai dengan puncak hari raya Idul Fitri.

Menurut salah satu pedagang di Pasar Baledono, Muji Lestari menyebutkan, harga bawang putih tertinggi saat ini adalah Rp 55 Ribu perkilogram untuk jenis bawang putih kating. Bawang ini banyak dikonsumsi oleh para pedagang makanan seperti bakso dan soto.

Sementara untuk harga bawang putih sinco yang umum digunakan oleh masyarakat untuk memasak adalah Rp 45 Ribu perkilogram. Harga itu merupakan harga jual eceran perkilo, jika diecer lebih ringan lagi harganya akan lebih mahal.

“Kating itu kebanyakan yang beli para pedagang makanan karena aromanya lebih wangi, tetapi harganya lebih mahal. Harga segitu (Rp 45.000 sampai dengan Rp 55.000 perkilogram,red) bisa lebih mahal kalu diecer ons-ons nan,” katanya, kemarin (28/4).

Pedagang lain, Mukri, juga mengungkapkan hal yang sama. Menutnya, kenaikan harga bawang putih ini terjadi sejak awal memasuki masa kampanye Pemilu 2019. Kenaikan terjadi hampir setiap pekan, dengan besara Rp 5.000 perkilonya.

ads

Bahkan, lanjut Mukri, tidak jarang dirinya mengalami rugi. Pasalnya, setiap kali ada pesanan bawang putih yang cukup banyak, Ia mengenakan harga pada saat itu, ternyata ketika barangnya akan diambil, harganya sudah naik tinggi.

“Kadang ada yang beli buat diambil minggu depan atau berapa hari setelah pesan, pasti kan harganya kita kasih yang sekarang, pas akan diambil harganya sudah naik. Karena itu sekarang saya tidak terima pesanan kecuali harganya mau menyesuaikan pada saat diambil,” katanya.

Mekri juga mengaku terpaksa harus mengurangi stok bawang putih lantaran keterbatasan modal yang dimiliki, disamping untuk mengantisipasi adanya penurunan harga yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan membuatnya merugi.

“Kalao stok kita banyak dan tiba-tiba harganya turun kan ruginya bisa besar sekali, sehingga saya mending nyetok seperluanya lah kulakan secukupnya untuk dijual dua tiga hari, kalau habis baru kulakan lagi,” kata Mukri.

Selain harga bawang putih, kata Mukri, para pedagang juga mewaspadai adanya kenaikan harga bumbu-bumbu lain. Seperti bawag merah dan bawang bombay yang sementara ini harganya masih cukup stabil. Perkilo Rp 35 Ribu untuk bawang merah dan Rp 27 Ribu untuk bawang bombay.

Antisipasi kenaikan harga juga disampaikan oleh Muntarsih, seorang tengkulak bawang yang banyak menyetok bumbu-bumbuan di Pasar Baledono. Ia menyebut kenaikan harga ini selalu terjadi menjelang bulan puasa sampai dengan puncak hari raya Idul Fitri, bahkan sampai Idul Adha.

“(harga bawang,red) Selalu naik pas waktu-waktu begini (jelang Ramadhan,red), padahal stoknya lancar. Permintaan juga tidak ada kenaikan yang tinggi. Kami mohon untuk pemerintah supaya mengontrol para tengkulalk besar yang seperti memainkan harga,” ujarnya.

Lebih lanjut Muntarsih menjelaskan, kenaikan bawang memang tidak hanya terjadi pada momen hari besar. Adanya fenomena alam seperti musim penghujan juga dapat mempengaruhi naiknya harga bawang, terutama bawang yang diproduksi oleh petani lokal.

“Seperti kenaikan harga bawang beberapa waktu lalu itu karena musim hujan yang menyebabkan hasil panen petani berkurang. Kalau sekarang ini kan seharusnya harganya lebih stabil karena cuacanya sudah baik, lalu apa sebab kenaikan ini,” pungkasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!