- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Pengukuran tanah milik warga yang terdampak di Desa Wadas yang nantinya akan dilakukan penambangan batuan quarry sebagai material pembangunan Bendung Bener itu rencananya akan dilaksanakan selama tiga hari yang dimulai pada Selasa (8/2).

Para warga desa yang telah diukur tanahnya meminta tanah mereka diberikan harga yang layak oleh pemerintah. Pengukuran tanah di Desa Wadas tersebut diketahui melibatkan berbagai pihak termasuk pengamanan dari pihak kepolisian karena masih terjadi pro dan kontra antara warga Wadas.

Hery Prasetyo, PPK Pengadaan Tanah dari Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO) mengatakan, pengukuran akan dilakukan selama tiga hari. Pengukuran tanah juga berlangsung lancar dan tidak ada kendala berarti.

“Ada 346 bidang yang akan diukur (tanah warga yang sudah setuju), tapi informasi di lapangan ada penambahan menjadi sekitar 370 bidang, akan dilakukan 3 hari, keseluruan ada sekitar 600-an bidang termasuk yang belum setuju dan yang masih ragu-ragu,” jelasnya, ungkapnya saat ditemui pada kegiatan pengukuran tanah hari kedua di Desa Wadas, Rabu (9/2).

Proses pengukuran tanah di Wadas, tambahnya, telah dilakukan terhadap ratusan bidang tanah. Hal itu dilakukan untuk mengejar penyelesaian pembangunan Bendung Bener yang ditargetkan pada 2025.

ads

“Yang sudah diukur hari kemarin (hari pertama) sudah terukur 144 bidang, untuk hari ini belum (diakumulasi), pembangunan bendungan target 2025 selesai, target pembebasan lahan akhir tahun ini, pembebasan sekaligus pembayaran,” terangnya.

Diungkapkan, setelah ada polisi datang mengamankan pengukuran tanah, pihaknya mengklaim banyak penambahan warga yang ingin tanahnya diukur.

“Setelah ada polisi datang untuk mengamankan, semakin banyak warga yang ingin diukur tanahnya, yang awalnya ragu-ragu itu, aslinya ingin diukur tapi karena takut, ada yang sembunyi-sembunyi menyampaikan bahwa mereka setuju,” katanya.

Kholifah (45) salah satu warga Desa Wadas, Dusun Winongsari Rt 01 Rw 03 saat ditemui pada hari kedua pengukuran tanah di Desa Wadas mengatakan bahwa situasi saat pengukuran berjalan lancar dan tidak ada gangguan dari warga kontra quarry.

“Aman terkendali, dikawal sama polisi, BPN, Pertanian. Tidak ada kendala apa-apa,” katanya.

Dikatakan, satu bidang tanah miliknya tersebut ditanami berbagai macam pohon mulai durian hingga tumbuhan rempah-rempah.

“Sekitar 1100 meter, ditanami seperti pohon durian, pohon jati, nangka, terus rempah-rempah itu,” jelasnya.

Dalam keaempatan itu, dirinya juga mengungkapkan alasan mengapa setuju tanahnya di tambang untuk diambil batuan quarrynya sebagai material pembangunan Bendung Bener.

“Meskipun itu tanah saya tapi kalau sewaktu-waktu pemerintah membutuhkan itu haknya pemerintah,” sebutnya.

Meskipun begitu, pihaknya menginginkan harga yang layak dalam pembebasan lahan di Desa Wadas.

“Saya kurang tahu karena masih akan dimusyawarahkan setelah pengukuran, harapannya minimal Rp 300 ribu per meternya, kalau harga disini harga tanah tergantung keadaan tanahnya,” jelasnya.

Diungkapkan, saat ada konflik antara warga pro dan kontra quarry, ladang milik warga pro sempat dibiarkan terbengkalai berbulan-bulan karena lahan dijaga warga kontra quarry.

“Sudah selama 8 bulan tidak pernah di tengok apakah hasilnya itu apa. Tau-tau saat pengukuran, dilihat tanaman ada yang rusak dipotingi,” pungkasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!