- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo)-Pesona pantai laut selatan seperti Pantai Dewa Ruci di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, dan Pantai Jetis yang terkenal dengan terapi garamnya berada di Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo berpotensi menjadi destinasi wisata alam alternatif bagi para calon penumpang pesawat (Passenger) Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) di Temon, Kabupaten Kulon Progo.

“Pantai Dewa Ruci bisa menjadi Supporting YIA, jaraknya tidak jauh hanya sekitar 20 menit dari YIA. Ini tentu bisa menjadi alternatif bagi passenger YIA yang bisa diangkat lebih optimal,” kata Direktur Utama (Dirut) Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB), Agustin Peranginangin, Rabu (17/4/2024).

Menurutnya, pesona pantai laut selatan di Kulon Progo dan Purworejo menyimpan daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya calon penumpang pesawat. Terbukti saat libur lebaran 2024, wisata pantai di Kulon Progo (DIY) dan Dewa Ruci dan Pantai Jetis (Jateng) mencatatkan tingkat kunjungan wisata tertinggi dibandingkan destinasi wisata lain yang dikelola dua Pemda setempat.

“Kulon Progo juga sudah menata Pantai Glagah, Congot dan Mangrove Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kapanewon Temon. Sementara untuk Passenger kalau harus naik ke bukit Menoreh memakan waktu, rentang jaraknya memang dekat tetapi aksesnya lebih lapang di sisi pantai, ada banyak jalan alternatif jika terjadi kemacetan,” jelasnya.

Menurutnya, salah satu potensi Pantai Dewa Ruci yakni dari sisi kuliner. Olahan ikan segar hasil tangkapan nelayan dan juga sajian lain seperti kelapa muda cukup menggoda dan bisa dinikmati dengan santai sembari menunggu waktu sebelum terbang menggunakan pesawat via YIA.

ads

“Seenak-enaknya makan di bandara itu kan di ruangan, kalau di pantai itu outdoor, dengan waktu tempuh 30 menit jalan darat jelas sangat mungkin bagi mereka untuk mampir dulu ke pantai. Dari sisi bisnis usaha, kulinernya itu dikelola pedagang warga lokal, pemerintah tetap dapat pemasukan dan ini dampak positif yang harus dipikirkan bersama,” ujarnya.

Dia mengutarakan, kualitas masakan pedagang kuliner di pantai Jatimalang cukup baik, olahan makanan yang masih fresh. Pihaknya menilai aneka kuliner di pantai tersebut sudah memenuhi standar.

“Saya sudah beberapa kali mencoba, cukup nikmat dan masuk standar. Layaklah untuk disantap, ada kelapa muda, ditambah udara segar dan panorama bagus. Dewa Ruci tentu lebih longgar jika dibanding Glagah yang lebih ramai dan padat. Artinya Dewa Ruci harus bisa mengambil peluang dan Purworejo bisa tumbuh bersama dengan Kulon Progo,” imbuhnya.

Terlebih, lanjut dia, Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI telah menetapkan Purworejo sebagai salah satu penyangga Destinasi Wisata Super Prioritas (Candi Borobudur). Semua pihak harus bergandengan, menginisiasi pengembangan sektor pariwisata di daerah ini.

“Tidak bisa kalau hanya dibebankan kepada pengelola. Pemda Purworejo juga saat ini telah menunjukkan kesungguhannya dalam membranding pantai Dewa Ruci sebagai destinasi andalan,” imbuhnya.

Agustin berpandangan, khusus untuk pantai Dewa Ruci hal yang harus terus diperhatikan antara lain terkait aspek kebersihan. Kesadaran pengunjung harus ditebalkan, khususnya terhadap sampah plastik serta kemasan lainya.

Terkait potensi Stasiun Kutoarjo, Peranginangin mengungkapkan, stasiun ini merupakan stasiun besar yang sudah selayaknya dikemas lebih menarik, bisa menjadi titik tolak wisatawan ketika hendak berkunjung ke Candi Borobudur sehingga tidak melulu harus ditempuh melalui Yogyakarta.

“Dari Stasiun Kutoarjo harus disiapkan tempat transit yang nyaman. Untuk promosi mungkin bisa dibuat ivent olahraga, maraton misalnya di pantai selatan Purworejo yang dekat dengan Stasiun Kutoarjo. Kutoarjo ini kan kelasnya bukan lagi stasiun kecil, semua kereta eksekutif berhenti di sana,” ungkapnya.

“Kendalanya, di Kutoarjo itu kereta datang masih terlalu dini, jika masuk pukul 04.00 WIB masih bisa diolah untuk menikmati sunrise, penumpang KA Bima itu tiba di Kutoarjo pukul 02.00 WIB. Pengalaman saya jam segitu Kutoarjo masih sepi, mau kemana bingung, setidaknya untuk menunggu pagi meneruskan perjalanan, nah ini yang perlu digelorakan, bagaimana memulai dengan potensi yang luar biasa ini,”imbuhnya.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!