- iklan atas berita -

 

Metro Times (Surabaya) — “Libur panjang sekolah ini mengingatkan saya pada masa kecil ketika ramadhan tiba, di mana semua sekolah diliburkan selama 1 bulan penuh. Hanya bedanya, jika dulu anak2 sekolah mengisi liburan dng banyak beribadah, ke masjid, ikut pondok romadhon, ikut membangunkan orang sahur, ngabuburit menjelang buka puasa…nah sekarang itu semua tdk bisa dilakukan,” tutur Dr. Tuti Budirahayu, M.Si, dosen pada prodi/Dept. Sosiologi, FISIP Unair Surabaya, saat diwawancara melalui telepon di Surabaya, Jum’at (10/4).

“Libur panjang saat ini buat saya sangat banyak nilai positifnya, meskipun untuk sementara waktu kondisinya seperti “di penjara”, tidak boleh ke mana-mana,” katanya.

Lebih lanjut Tuti sapaannya menjelaskan, tetapi jangan dipikirkan negatifnya, yaitu tidak boleh ke mana-mana, tapi ambil manfaat postifnya, antara lain:
1. Kualitas relasi dan interaksi antar anggota keluarga jadi lebih baik.
2. Anak-anak bisa dididik lebih mandiri, bisa dibangkitkan kemampuan kreatifnya.
3. Memperkuat keimanan dengan banyak beribadah bersama keluarga juga penting artinya dalam libur panjang ini.
4. Kita seperti dibalikkan ke masa lalu, di mana pranata keluarga memiliki fungsi dan makna yang begitu luas dan dalam.
Apa artinya: di keluargalah pusat segala kemampuan dan kemandirian anak dibentuk. Di dalam keluarga pula anak-anak belajar lebih banyak tentang nilai-nilai dan norma sosial.

“Inilah saya rasa saatnya momen yang sangat berharga bagi orang tua untuk memperkuat nilai-nilai itu pada anak-anak. Orang tua kembali menjadi pendidik yang sejati bagi anak-anaknya,” terangnya.

ads

Jika tidak ada libur panjang, maka anak terus berada di luar rumah, orang tua terus sibuk bekerja. Quality time bagi keluarga semakin menipis dan hilang

Inilah moment yang bagus untuk kita berpikir jernih tentang arti rehat yang sesungguhnya.

Saya rasa, “Libur panjang dalam bulan romadhan perlu dihidupkan kembali setelah badai ‘covid 19’ ini, agar masyarakat kembali sehat, mampu introspeksi, dan dapat memperkuat solidaritas dan kebersamaan serta memperkuat keimanan.”

Memang kondisi saat ini belum bisa dilakukan. Tetapi menurut saya, kejenuhan itu bisa dialihkan menjadi kegiatan yang lebih produktif. Maka di sini peran orangtua menjadi penting untuk mengubah kejenuhan menjadi sesuatu yang bermanfaat

Mungkin orang tua bisa membuat daftar kegiatan setiap hari untuk anak-anaknya. Seperti orang tua menyusun menu makanan setiap hari.

Bersyukur pemerintah tidak memberlakukan lockdown. Sehingga orang tua bisa sesekali ke luar rumah berbelanja sambil mencarikan kebutuhan anak-anak untuk belajar dan bermain di rumah.

“Untuk orang tua dan guru tetap saja ikuti petunjuk yang sudah digariskan pemerintah, sampai ada pengumuman kondisi sudah mulai aman. Guru dan orang tua beserta keluarga, didik anak-anak dengan hidup sehat, bersih dan tawakal terhadap semua kejadian ini. Kondisi ini adalah bagian dari dinamika dan perubahan sosial yang mesti disikapi dengan bijak. Kita akan terus belajar dalam setiap bentuk dinamikan dan perubahan sosial itu,” ungkap dosen sosiolog Fisip Unair.

“Negara atau pemerintah juga memahami mengenai penilaian akademik. Dalam situasi darurat semacam ini saya yakin akan ada permakluman-permakluman dalam segala hal yang tidak bisa dijalankan secara wajar dan normal dalam situasi darurat. Kondisi ini sebetulnya adalah bencana…yang akan disikapi secara lebih manusiawi bagi mereka yang terdampak,” pungkas Tuti. (nald)

2 KOMENTAR

  1. Semoga ada hikmah terbaik buat kita semua. Bahwa manusia punya keterbatasan dan kelemahan, di balik itu juga kekuatan dan keteguhan. Artikel yang bermanfaat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!