- iklan atas berita -

Metro Times (Surabaya) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan rapat penyusunan rencana penanggulangan bencana. BNPB telah mendata bencana alam yang terjadi di Tanah Air dari awal tahun sampai 20 November 2017. Hasilnya, terdapat 2.057 bencana seperti banjir, puting beliung, tanah longsor, kebakaran hutan dan lain-lain.

Sebanyak 2.057 bencana ini meliputi banjir (689), puting beliung (618), tanah longsor (545), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (63), kekeringan (19), gempa bumi (18), gelombang pasang/abrasi (7),  dan letusan gunungapi (2).

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho,  2.057 kejadian itu telah menyebabkan 282 orang meninggal dunia. Kemudian, 864 orang luka-luka, 3,2 juta jiwa mengungsi dan menderita. Hal ini kerugian secara materil karena kerusakan bangunan.

“Kerusakan bangunan meliputi 24.282 unit rumah rusak (4.594 rusak berat, 4.164 rusak sedang dan 15.524 rusak ringan) dan 313.901 unit rumah terendam. Sebanyak 1.611,” ujar Sutopo dalam keterangan resmi BNPB, Senin 20 November 2017.

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau agar pemda dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana. Sebab, curah hujan ekstrem makin meningkat saat ini, hal itu bisa terjadi karena dampak perubahan iklim global. Selain itu, bencana alam terus terjadi karena manusia sendiri yang merusak lingkungan.

ads

“Degradasi lahan, daerah aliran sungai kritis dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana semakin meningkatkan risiko bencana. Saat ini sesungguhnya darurat ekologi, luas lahan kritis di Indonesia sekitar 24,3 juta hektar. Laju keruskan hutan rata-rata berkisar 750.000 hektare per tahun,” tutur Sutopo.

Dia mengungkapkan untuk sementara kemampuan pemerintah melakukan rehabilitasi hutan dan lahan rata-rata berkisar 250.000 hektare per tahun. Maka dari itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir atau bantaran sungai seperti di sepanjang pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, Kalimantan dan lainnya harus waspada terhadap ancaman banjir.

“Begitu pula masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor di perbukitan, pegunungan atau tebing dan lereng hendaknya waspada dari ancaman longsor. Kenali lingkungan sekitarnya, jika di bagian hulu atau di daerahnya hujan deras hendaknya waspada,” ujar Sutopo.(nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!