- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Relawan Covid-19 di RSUD R.A.A Tjokronegoro masih tetap semangat berjuang di garda terdepan meskipun upah yang seharusnya diterima tak kunjung cair secara penuh sejak bulan Januari 2021. Hal ini sudah sepatutnya menjadi perhatian pemerintah, sebab perjuangan mereka harus bertaruh nyawa.

Dikonfirmasi metrotimes, salah satu relawan Covid-19 RSUD R.A.A Tjokronegoro yang hanya bersedia namanya diinisial (F) mengungkapkan, ia tertarik menjadi relawan persis saat kasus Covid-19 merebak dan banyak yang menolak untuk berdekatan dengan pasien Covid-19. Atas nama kemanusiaan ia memberanikan diri kendati sudah tau resikonya.

“Ketika ada rekruitmen saya langsung daftar, waktu itu di pengumuman dijelaskan upah menjadi relawan yakni Rp 200 ribu per hari,” ucapnya, Jumat (11/6) sore.

Dijelaskan, tugas menjadi relawan dibagi dalam sift, satu sift harus jaga selama delapan jam, dalam sehari ada dua orang yang bertugas, mengurus semua kebutuhan pasien Covid-19. Tidak hanya itu, mereka juga harus mengenakan APD lengkap selama 4 jam.

“Kami paham posisi kami adalah relawan, artinya memang panggila jiwa dan kemanusiaan, namun banyak diantara kami yang kerap menanti upah yang diberikan, tidak elok sebetulnya namun saya rasa itu hak, dan kami juga punya keluarga,” jelasnya.

ads

Terkait keterlambatan pembayaran upah, sambungnya, ia pernah menanyakan ke bagian keuangan dan sejauh ini hanya dijanjikan. Jika dilihat dari jam kerja, satu relawan rata-rata bertugas 16 sampai 18 kali dalam sebulan.

“Jadi dari bulan Januari 2021 sampai sekarang upah belum beres, rata-rata upah baru diserahkan 16 % dari total upah yang seharusnya diterima setiap bulannya,” ucapnya.

Menurutnya, sebagai relawan pada awalnya memang bukan niat untuk bekerja, hal itu dibuktikan hingga saat ini semua relawan tidak pernah menanyakan apalagi menutut hak. “Ini saya memberanikan diri untuk bicara, sebab sebagian dari kami juga sangat mengharapkan upah itu untuk menyambung hidup, dengan resiko yang sangat tinggi tentunya,” ujarnya.

Karena upah yang tidak jelas, akhirnya banyak relawan yang mengundurkan diri, kendati pihak rumah sakit terus membuka lowongan untuk relawan ini. Hal itu bagi sebagian relawan menjadi janggal. “Setahu saya untuk RSUD RAA Tjokronegoro di bulan Januari ada 41 relawan yang bekerja, kebelakang banyak yang keluar atau mengundurkan diri karena mungkin upah yang tidak jelas, sekarang tinggal sekitar 10 orang yang aktif, kendati ada 24 relawan yang masih berstatus relawan di RSUD RAA Tjokronegoro,” ungkapnya.

Mengingat hal tersebut, relawan berharap sebagai tim Covid-19 agar para pengambil kebijakan lebih bisa memperhatikan nasib para relawan. “Kami juga selalu menguatkan satu sama lain, walaupun belum mendapatkan hak, namun kami harus tetap semangat melayani dengan hati, terusterang untuk sistem dan manajemen pembayaran kami tidak paham, jika bisa dijelaskan kami tentu sangat lega,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, dr Sudarmi MM saat dikonfirmasi metrotimes melalui sambungan telepon menyatakan, proses pembayaran upah relawan memang semua belum keluar, tidak hanya di RAA Tjokornegoro tetapi juga yang bertugas di RSUD Tjitrowardojo. “Kami masih harus melihat alokasi anggaran reficusing, termasuk edaran Kemendagri terkait penyesuaian nama kegiatan, sekarang proses verifikasi dan pengajuan pencairan,” katanya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!