- iklan atas berita -

Metro Times (Magelang) Wakil Walikota Magelang, Dra. Windarti Agustina, menyampaikan sambutan dan membacakan sejarah singkat Pangeran Diponegoro di depan Pangdam IV/Diponegoro, dan di depan hadapan tamu undangan yang terdiri dari pejabat Forkopimda Provinsi, Kota dan Kabupaten Magelang, dalam rangka Haul ke-3 Kanjeng Pangeran Diponegoro di halaman Museum BPK Kota Magelang, Rabu kemarin (8/1/2020).

Haul yang bertemakan “Belajar dari Pangeran Diponegoro : Merawat Semangat Kebangsaan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa Depan” tidak hanya dihadiri oleh Instansi Pemerintah saja, namun juga dihadiri oleh K.H. Yacub Mubarok, para Pimpinan Pondok Pesantren, para Kyai dan Ulama Kota Magelang dan sekitarnya.

Di depan Pangdam IV/Diponegoro dan tamu undangan lainnya, Wakil Walikota Magelang menyampaikan, momentum Haul Pangeran Diponegoro ini sangat tepat mengingat pada tanggak 8 Januari 1855 merupakan hari Wafatnya Pangeran Diponegoro, artinya pada hari ini (kemarin, 8/1/2020) genap 165 tahun meningalnya Pangeran Diponegoro.

“Haul dan doa bersama kali ini juga di selenggarakan untuk mendoalan beliay bersama shuhada, pejuamg tanah jawa yang telah gugur, semoga Allah SWT meridhoi dan menerima amal bakti beliau dan menempatkannya di tempat yang mulia di sisi Allah SWT,” terangnya.

Lebih lanjut, Wakil Walikota Magelang berharap momentum ini akan mempererat jalinan persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat demi terciptanya kerukunan dan kebersamaan.

ads

Sementara Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Mochamad Effendi yang hadir dalam Haul Pangeran Diponegoro menganggap acara itu dapat dijadikan momentum untuk menggelorakan kembali nilai-nilai semangat perjuangan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Menurutnya, perjuangan dan semangat pantang menyerah Pangeran Diponegoro dapat di lihat dalam sejarah yang sudah di buktikan otentifikasinya, fakta-fakta pendukungnya, yaitu pada tahun 1825-1830.

“Gedung BPK ini merupakan bekas Gedung Karesidenan Kedu yang pada 28 Maret 1830 menjadi lokasi di tangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Jenderal De Kock karena menggelorakan Perang Jawa (1825-1830) melawan penjajahan Belanda. Pangeran Diponegoro selanjutnya dibawa ke Batavia (Jakarta) lalu ke Manado (Sulawesi Utara) dan kemudian di pindahkan ke Makasar (Sulawesi Selatan) hingga wafatnya pada 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun,” jelasnya. (rif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!