- iklan atas berita -

Metro Times (Magelang) Beberapa orang dari kelompok pecinta hewan dari Animal Friends Jogja (AFJ) mengecam pertunjukan atau sirkus lumba-lumba yang di gelar di area lahan kosong New Resto dan Cafe Kebon Tebu, Jl. Gatot Subroto No. 108 Kelurahan Jurang Ombo Selatan Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang. Mereka menganggap sirkus lumba-lumba merupakan bentuk ekploitasi terhadap satwa, Sabtu sore (03/08).

Aksi damai kelompok pecinta hewan ini juga membawa alat peraga dalam bentuk poster dan spanduk, menolak praktik eksploitasi satwa di Jalan Gatot Soebroto, lebih tepatnya di depan lokasi dimana sirkus lumba-lumba ini sedang digelar.

Program Manager Animal Friends Jogja, Angelina Pane, mengatakan bahwa aksi turun ke jalan merupakan upaya penentangan terhadap eksploitasi satwa, khususnya dalam pementasan sirkus satwa, salah satunya adalah pertunjukan lumba-lumba tersebut. Menurutnya, semua harus tahu bahwa sirkus lumba-lumba keliling ini sudah dihentikan di seluruh dunia karena merupakan kekejaman yang teramat sangat terhadap satwa. Tapi di Indonesia, adalah negara terakhir di dunia yang masih membiarkan ini terjadi.

“Tujuan dari aksi damai tentang penyadartahuan eksploitasi di balik sirkus Lumba-lumba dan aneka satwa ini adalah sebagai bentuk perlindungan terhadap hewan langka yang seharusnya mendapatkan perhatian atau perlindungan untuk dapat tetap hidup bebas dan bisa berkembang biak dengan baik di alam bebas tetapi dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mencari keuntungan atau mencari uang dengan cara memanfaatkan Lumba-lumba dan aneka satwa langka lainnya dalam bentuk pentas atau sirkus,” terang Angelina.

Lanjut Angelina, menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 tentang lembaga konservasi, hal tersebut telah dilarang. Alih-alih melakukan fungsi utama mereka, para operator justru melakukan bisnis eksploitasi seperti memaksa hewan melakukan atraksi dengan metode lapar.

ads

Bagi kami masyarakat yang peduli satwa, pertunjukan seperti ini, berizin ataupun tidak berizin yang namanya eksploitasi satwa ya tetap eksploitasi. Kami masyarakat Indonesia sangat malu dan prihatin dengan apa yang terjadi di Indonesia ini. Kami menginginkan Indonesia yang pro satwa dan pro konservasi, bukan pro eksploitasi seperti yang terjadi di dalam tenda ini (di dalam pertunjukan sirkus lumba-lumba),” tegas Angelina.

Dalam aksinya tersebut, kelompok pecinta hewan yang tergabung dalam AFJ itu melakukan aksi sambil mengenakan topeng super hero dan topeng pejabat terkait, sambil membawa atribut serta spanduk yang bertuliskan penolakan terhadap eksploitasi satwa, terutama mamalia lumba-lumba.

Angelina menerangkan bahwa, mamalia lumba-lumba sendiri memiliki pendengaran yang sangat tajam. Hal ini akan membuat dampak stres pada lumba-lumba tersebut apabila dalam atraksi itu juga menggunakan alat pengeras suara.

“Jadi bagi kami apapun bentuk izinnya dan pengesahannya, eksploitasi satwa tetap eksploitasi. Kami menolak apapun bentuk kekejaman terhadap satwa,” tegasnya. (Arif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!